Kata orang masa SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah masa paling indah. Karena masa SMA adalah masa dimana siswa masih bebas-bebasnya untuk mengekspresikan diri, akan tetapi sebebas-bebasnya siswa SMA, mereka masih dalam pengawasan guru dan orang tua.
Pendidikan yang didapat di SMA bukan hanya pendidikan formal saja, akan tetapi mencakup pendidikan perilaku, dan pendidikan keminatan yang biasa disebut ekstrakurikuler. Normalnya, pendidikan SMA ditempuh dalam jangka waktu tiga tahun. Seperti pada sekolah-sekolah formal lainnya, pendidikan SMA berakhir hingga Ujian Nasional. Tentu kita semua tahu, setelah siswa lulus dari pendidikan formalnya di SMA, mereka akan dihadapkan dengan seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) bagi siswa yang akan melanjutkan kuliah.
SNMPTN dibagi menjadi dua gelombang, yang pertama melalu jalur undangan dan yang selanjutnya melalui jalur tulis yang sering disebut SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Siapa yang tidak ingin masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri)? Pasti semua siswa SMA mengharapkan dirinya masuk ke PTN. Sedangkan kuota PTN terbatas dan hampir seluruh anak muda Indonesia harus bersaing untuk mendapatkan kursi di bangku kuliah.
Senin, 9 Mei 2016, para pejuang SNMPTN di seluruh pelosok negeri membuka layar digital mereka untuk melihat pengumuman kelulusan SNMPTN. Sujud syukur bagi yang sudah dinyatakan lulus masuk ke PTN pilihannya. Namun, bagi yang tidak lulus, mereka harus menghadapi SBMPTN yang diadakan pada saat daftar ulang calon mahasiswa yang sudah lulus.
Pada tanggal 31 Mei 2016 kemarin, Jatinangor sesak dengan berbagai kendaraan roda empat. Jalanan sudah macet sejak pukul setengah enam pagi. Daftar ulang di Universitas Padjadjaran dimulai dari pukul tujuh pagi hingga pukul empat sore di Balé Santika. Balé Santika dipadati calon mahasiswa dan orang tua yang mengantar anaknya untuk daftar ulang. Calon mahasiswa bukan hanya dari wilayah Jawa Barat saja, seperti Fajar yang berasal dari Bukit Tinggi, yang datang dari tanggal 26 Mei 2016 bersama enam orang temannya. “Amazing banget ! Rasanya kampus Unpad ga ada ujungnya, makanya saya tadi sampai jalan kaki dari gerbang ke Bale Santika, soalnya ingin tahu kampus.” Tutur Fajar dengan logat padangnya.
Pendaftaran ulang tidak dipadatkan satu hari, sebelumnya ada tes kesehatan yang di Dipati Ukur, setelah itu ada pengumpulan berkas, dan terakhir foto untuk KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). Maka kebanyakan dari calon mahasiswa ada yang kos selama seminggu, ada yang menginap di hotel sekitar Jatinangor, dan juga menginap di kosan kakak kelasnya ketika masih di SMA, seperti Hania yang berasal dari Indramayu. “Karena daftar ulang ngga sehari, jadi saya sama teman tidurnya sementara di kosan kakak kelas pas di SMA.” Tetapi ada juga yang kurang setuju dengan sistem pendaftaran yang dibagi-bagi ke dalam beberapa hari tersebut, salah satunya Pak Agus yang berasal dari Subang, “Inikan sekarang ada daftar ulang, kita kan dari daerah, lebih baik dipadatkan satu hari, kalau bisa difokuskan di Jatinangor saja”. Meskipun begitu, apapun prosedur yang sudah dibuat oleh Unpad, dijalani saja dengan ikhlas, karena jika ingin mencapai sesuatu yang berharga, dibutuhkan suatu perjuangan juga.(KA)