Pesona keindahan alam yang terhampar di taman bumi Nusantara menjadi daya tarik para wisatawan. Geopark Ciletuh merupakan salah satu wisata alam baru yang menjadi destinasi pariwisata yang kuat di daerah Jawa Barat.
Rektor Unpad (tengah) dan Wakil Gubernur Jawa Barat (kanan) di acara dalam Lokakarya dan Pelatihan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Kawasan Geopark Nasional Ciletuh-Palabuhanratu di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor.
“Ini (Geopark Ciletuh) harus bisa jadi destinasi wisata dunia. Jabar sangat banyak objek wisata, tapi belum ditentukan sebagai destinasi oleh Pemerintah Pusat,” ujar Wakil Gubernur Jabar, Deddy Mizwar, dalam Lokakarya dan Pelatihan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Kawasan Geopark Nasional Ciletuh-Palabuhanratu di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Jumat (5/05) seperti dikutip dari Unpad.ac.id.
Lewat perkenalan dengan Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Unpad Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., PhD, yang hampir 13 tahun meneliti di wilayah Ciletuh, Deddy mengaku takjub dengan keanekaragaman hayati, geologi, hingga budaya yang ada.
Sejatinya, kawasan ini tidak hanya menampilkan keindahan alam saja. Kawasan ini memiliki keragaman geologi, keragaman hayati dan juga keragaman budaya. Di Ciletuh Palabuhanratu Geopark ketiganya dikelola melalui prinsip konservasi, edukasi, dan pembangunan yang berkelanjutan.
Kawasan yang terdiri dari 8 kecamatan Sukabumi, Jawa Barat ini memiliki keragaman budaya seperti tradisi dan kesenian, kerajinan tangan dan makanan tradisional, serta sejarah dan situs budaya.
Beberapa peninggalan pada masa penjajahan Belanda masih ditemukan di kawasan ini. Peninggalan yang masih aktif diantaranta perkebunan dan pabrik teh Bojongasih di Kecamatan Ciemas, dan perkebunan kelapa di Kecamatan Ciracap. Selain itu, banyak pula ditemukan reruntuhan benteng pertahanan dari serangan musuh berupa bunker yang ditemukan di kawasan Ujunggenteng. Ini karena pada era penjajahan, kawasan Ciletuh merupakan kawasan pertahanan tentara Jepang.
Kampung-kampung yang berada di area Ciletuh pada masa lalu merupakan bagian dari wilayah yang mendapat pengaruh dari keberadaan kesatuan adat Kasepuhan Banten Selatan. Saat ini sisa-sisa area kampung adat terletak di Kampung Lamping Desa Girimukti, Makam Mbah Durak di Desa Mekarjaya, dan Kampung Cipondok, Kecamatan Waluran. Sehingga kawasan tersebut harus dilestarikan sebagai kampung adat leluhur masyarakat di kawasan Ciletuh.
Mempertahankan dan mengembangkan keanekaragaman budaya menjadi tanggung jawab bersama masyarakat di sekitar geopark, karena budaya selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan mampu memperkuat kehidupan masyarakat. (RS)