Teater merupakan salah satu seni pertunjukan yang berumur cukup tua. Dahulu, hanya dipertontonkan untuk kalangan atas saja, tapi sekarang siapapun bisa menontonnya. Sekarang pertunjukan teater mudah ditemui, bahkan berdemo saja bisa dilakukan dengan aksi teatrikal. Teater banyak dinikmati oleh masyarakat. Selain sebagai hiburan, teater juga dapat memberi pelajaran bagi manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Seni teater mencakup keseluruhan cabang seni yang lain. Dalam bermain teater, seorang aktor tidak hanya dituntut untuk menguasai seni peran melainkan juga membutuhkan seni vokal dalam penyampaian dialog serta seni gerak dan tari untuk mengekspresikan diri. Selain itu, teater juga meliputi seni musik sebagai pengiring suara dan pembangun suasana, serta seni rupa yang diperlukan untuk memenuhi kelengkapan artistik. Bahkan teater juga mengandung unsur estetik sastra.
Namun, dengan kesusahpayahan aktor dalam usahanya menampilkan yang terbaik, ia tidak selalu mendapat respon positif dari masyarakat. Terlebih lagi pada zaman sekarang, masyarakat lebih senang datang ke pertunjukan musik seperti konser dan lainnya, daripada menonton teater. Sayang sekali, terkadang orang menganggap remeh teater.
Memprihatinkan sekali jika teater mengalami kemunduran hanya karena tersaingi oleh acara-acara musik atau semacamnya. Sebagai warga negara yang sadar seni, seharusnya kita ikut berkontribusi dalam menjaga, melestarikan, dan mengembangkan teater Indonesia.
Minggu, 29 Maret 2015, Forum Teater Kampus Bandung-Sumedang, mengadakan acara peringatan hari teater sedunia. Peringatan tersebut dilaksanakan disekitar car free day Dago, Bandung. Sejumlah kelompok teater mengawali aksi mereka di lapangan Gasibu dengan melakukan body painting sebagai pembuktian bahwa teater juga mengandung unsur seni rupa yang indah. Setelah itu, mereka melakukan parade body painting dan parade kostum mengikuti rute car free day.
Peserta parade tersebut berasal dari beberapa teater kampus di Bandung Timur dan Sumedang, di antaranya, teater Tjerobong Pabrik (STTI), teater Djati (Sastra Indonesia, Unpad), GSSTF (Unpad), Stuba (Unisba), teater Awal (UIN Gunung Jati-Bandung), dan Tesas (Lisma- ISBI). Parade tersebut dimeriahkan dengan peserta yang meneriakkan jargon dan slogan tentang teater. Setelah sampai di titik berkumpul, mereka melakukan aksi teatrikal yang bertema bumi dan manusia. Aksi teatrikal tersebut, selain untuk memperingati hari teater sedunia, juga sebagai ajang memperingati hari bumi dan hari air. Aksi ini berhasil menyita perhatian warga, baik yang sedang duduk-duduk di sekitar area maupun warga yang hanya lewat.
“Saya belum pernah melihat orang pawai untuk memperingati hari teater, jadi saya ingin memperingatinya dengan pawai. Kita harus menjaga dan mengembangkan teater Indonesia. Dan juga, saya ingin menyatukan forum teater lagi. Salah satunya adalah Forum Teater kampus Bandung-Sumedang ini. Nah, peringatannya kan harusnya tanggal 27 kemarin. Kenapa saya ganti jadi hari ini, hari ini ‘kan ada car free day, saya ingin menujukkan pada masyarakat bahwa tetater itu ada. Sekaligus juga memperkenalkan teater kepada masyarakat. Dengan ini sih, semoga masyarakat tahu bahwa teater itu ada, teater itu diakui. Dan juga, supaya mereka tidak berpikir kalau kita itu urakan, dandanan ga jelas, pola pikir egois, kan kita punya idealisme sendiri tentang negara, terutama tentang kehidupan disekitar kita. Harapan saya juga, masyarakat tahu kita, saya ga mau apapun yang berhubungan dengan seni disangkut-pautkan dengan narkotika. Apapun yang berbau seni dihubungkan dengan kenegatifan. Itu aja sih,” jelas Obir, ketua pelaksana aksi teatrikal ini, mengenai teater dan masyarakat.
Acara tersebut diakhiri dengan foto bersama dan pembagian sertifikat kepada masing-masing kelompok. (SPC/YAR)