Tere Liye, nama yang sangat familiar di telinga para penikmat buku tanah air. Buku-bukunya tak pernah absen dari kategori best seller mampu menggambarkan bagaimana kualitas juga ciri khas si penulis. Tere Liye sendiri adalah penulis kenamaan asal Indonesia yang sukses dengan bukunya yang berjudul Hafalan Shalat Delisa yang telah diadaptasi ke layar lebar.
Dalam bukunya kali ini yang berjudul Negeri Para Bedebah, Tere Liye membawa para pembaca pada ketegangan yang dialami oleh sang tokoh utama yang bernama Thomas. Dengan latar kekacuan ekonomi dunia, Tere Liye berhasil menghadirkan konflik demi konflik yang membuat para pembaca penasaran dan antusias sekaligus menebak-nebak bagaimana akhir dari novelnya satu ini.
Buku ini diawali dengan wawancara Thomas, seorang konsultan keuangan yang memiliki reputasi yang sangat baik oleh seorang wartawan dari majalah ekonomi. Jika dilihat sekilas Thomas sang tokoh utama memiliki watak tegas, blak-blakan, dan penuh perhitungan. Selain tokoh Thomas, di buku ini juga terdapat tokoh-tokoh lain seperti Julia sang wartawan, Maggie seorang staf di perusahaan Thomas, dan Om Liem pemilik Bank Semesta.
Daya tarik dari buku ini adalah saat Thomas sang tokoh utama berusaha menyelesaikan dan mengupas masalah yang menjerat Bank Semesta—bank milik Om Liem—yang membuat Bank Semesta terancam bangkrut dan ditutup oleh Bank Sentral. Cara yang digunakan Thomas sangat menarik dan tidak terpikiran oleh orang kebanyakan. Membuat saya bertanya-tanya, langkah apa selanjutnya yang diambil Thomas dan bagaimana reaksi serta respon dari para penegak hukum.
Buku ini menampilkan dunia dalam kondisi genting akibat kekacuan ekonomi, hal ini membuat banyak sekali lembaga keuangan seperti perbankan, bursa saham, dan lainya mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Penggambaran ini sangat menarik dan sangat mendetail mengingat Tere Liye sendiri memang orang yang berkecimpung di dunia keuangan.
Bahasa yang digunakan Tere Liye dalam buku ini tergolong ringan, hanya saja terdapat penggunaan istilah-istilah akademis yang kurang familiar seperti kliring, suku bunga, subrime Mortgage, kapitalisasi, dan istilah lainnya. Namun jangan khawatir, para pembaca awam tidak akan kesulitan untuk mengerti jalan cerita dan alur yang disajikan Tere Liye karena penggambaran situasi yang diberikan Tere Liye sangat lugas dan mudah dimengerti.
Tetapi sayang di buku ini Tere Liye tidak menggambarkan dengan gamblang masa lalu sang tokoh utama, jadi pembaca harus menerka dan membayangkan sendiri bagaimana masa lalu membuat Thomas menjadi sosok yang sekarang. Selain itu, kita juga harus paham betul isi setiap babnya karena itulah kunci agar kita mengerti jalan ceritanya secara keseluruhan.
Buku ini menunjukkan bagaimana strategi sang tokoh utama untuk menyelesaikan kasus Bank Semesta. Percaya atau tidak latar waktu dalam buku ini hanya dua hari, tetapi begitu ciamiknya Tere Liye membuat kita seperti terjun ke dalam cerita yang ia bangun dan seakan-akan cerita yang ia sajikan itu nyata dan hidup. Buku ini sangat cocok bagi para penggemar genre yang penuh teka-teki dan penuh intrik. Karena jujur ketika saya membaca buku ini, saya menjadi gregetan sendiri dan membayangkan situasi yang dialami Thomas.
Tere Liye sangat terampil dalam menggambarkan karakter tokoh Thomas menjadi seorang pria berumur 33 tahun yang cerdik dan pandai membuat strategi serta perhitungan yang pasti, ia membuat Thomas begitu “liar” dalam menyusun strateginya. Membuat para pembaca selalu salah dalam memperhitungkan dan memprediksi langkah-langkah yang akan diambil Thomas. Imajinasi Tere Liye dalam buku ini sangat terlihat menawan mengingat ia dapat menyajikan begitu banyak konflik dan intrik yang kompleks yang dikemas dengan sederhana olehnya.
Buku ini sangat sangat saya rekomendasikan sebab begitu banyak hal-hal menarik yang mungkin tidak pernah terlintas dalam benak kita saat menyelesaikan suatu masalah. Bahasa yang ringan dan lugas dalam membangun ceritanya pun membawa kesan mewah nan sederhana, pemabaca tidak akan menyesal saat membaca buku ini dan justru akan semakin antusias dengan hanya membaca sequelnya saja.
Editor : Irna Rahmawati
Ilustrator : Azka Nadayna