Pandemi yang melanda menimbulkan banyak dilema tidak hanya bagi pemerintah Indonesia, tetapi pemerintah negara lain juga. Salah satunya adalah tingkat perekonomian yang menurun akibat diberlakukannya program-program pembatasan sosial. Di Indonesia, merosotnya perekonomian dapat dilihat dari meningkatnya pengangguran akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan yang sudah tidak mampu lagi menggaji karyawannya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 2,07%. Sektor dengan kontraksi terdalam adalah Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sekitar 15,04%. Tidak hanya itu, menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sektor pariwisata juga mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2020, jumlah wisatawan mancanegara mengalami pengurangan hingga 74,84% dari 16.108.600 di tahun sebelumnya menjadi 4.052.923 saja.
Di Kabupaten Garut sendiri, tempat wisata menjadi sepi. Padahal, sektor wisata adalah salah satu sektor yang cukup berpotensi di Garut. Bukan hanya karena kekayaan alamnya, Garut juga memiliki destinasi wisata berbalut budaya seperti situs Candi Cangkuang, Kampung Adat Pulo, dan Graha Liman Kencana. Tempat-tempat tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing.
Candi Cangkuang, misalnya, yang bernuansa hindu, tetapi bersisian dengan makam seorang muslim bernama Arief Muhammad. Kampung Adat Pulo yang hanya memiliki enam rumah serta satu masjid, dan setiap ada penambahan jumlah warga maka, mau tidak mau, harus ada yang keluar dari kampung tersebut. Ada juga Graha Liman Kencana yang merupakan kampung bernuansa Bali di Garut. Akan sangat disayangkan bila budaya-budaya tersebut sirna karena tidak terekspos pada masa pandemi ini.
Meski demikian, kita tidak bisa memaksa pemerintah untuk membiarkan masyarakat beraktivitas sesuka hati dan mengesampingkan pandemi. Perlahan-lahan, kita harus belajar bagaimana cara mengatasi permasalahan ekonomi dengan cara hidup berdampingan dengan COVID-19. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan branding terhadap tempat wisata.
Branding adalah upaya pemasaran agar suatu merek, dalam hal ini tempat wisata, lebih dikenal oleh konsumen. Selama pandemi, branding dapat dilakukan di media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, Twitter, atau TikTok. Banyak cara yang dapat dilakukan: seperti membuat microblog atau video seputar budaya mengenai fakta menarik dari suatu tempat wisata. Sehingga, selain melakukan branding, kita dapat sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya yang ada di Kabupaten Garut.
Di masa pandemi, branding tempat wisata di media sosial menjadi sesuatu yang penting. Dengan branding, orang-orang akan mengetahui apa saja keunggulan wisata di Garut dan bagaimana kebudayaannya. Dengan begitu, orang-orang akan tertarik untuk berkunjung atau bahkan melestarikan kebudayaannya. Selain itu, branding juga dapat menambah penghasilan baru dalam bidang industri kreatifnya seperti pembuatan video maupun dari penghasilan konten-konten yang dibuat.
Editor: Raihan Rizkuloh Gantiar Putra