Menekan Populasi Kucing Liar melalui Program Trap-Neuter-Release (TNR)

1487 views
','

' ); } ?>

Jika diperhatikan, populasi kucing dari dulu selalu meningkat, mereka bisa ditemui di berbagai tempat. Hal ini berhubungan erat dengan siklus perkembangbiakan kucing yang cenderung cepat. Kucing betina mengalami masa birahi sekitar 5-7 minggu sekali dan kucing jantan biasanya lebih sering. Akibatnya, kucing betina bisa melahirkan 2-5 anak dalam satu kali kehamilan yang berlangsung selama 3 bulan. Bila setiap masa birahi satu kucing betina melahirkan 3 kucing, dan dalam satu koloni terdapat 5 betina, maka dalam setahun sudah ada kurang lebih 45 kucing tambahan.

Jika kucing-kucing ini merupakan kucing peliharaan, permasalahan menjadi lebih mudah ditangani. Namun jika mereka adalah kucing liar, itu bisa menjadi masalah, karena akan sering terjadi perkelahian antar kucing. 

Sebagai pecinta kucing, saya merasa street feeding sudah tidak lagi efektif untuk menyejahterakan kucing-kucing liar karena populasi mereka akan terus bertambah. Tapi ada satu cara yang bisa menekan populasi kucing yaitu sterilisasi kucing.

Sterilisasi merupakan prosedur untuk mengangkat organ reproduksi kucing, bagi jantan dengan mengangkat testisnya dan bagi betina dengan mengangkat ovariumnya. Beberapa manfaat sterilisasi kucing antara lain adalah terhindarnya kucing dari penyakit-penyakit organ reproduksi. Selain itu juga, kucing akan berubah menjadi lebih pasif.

Namun, biaya terkadang menjadi hambatan pemilik kucing untuk mensteril kucingnya. Biaya untuk mensteril seekor kucing berkisar antara Rp 300.000 – Rp 1.000.000, tergantung tempat sterilisasinya. 

Meskipun begitu, para pecinta kucing lebih memilih untuk menyisihkan uangnya demi kesehatan kucing mereka. Lalu bagaimana dengan kucing-kucing liar?

Jika kucing peliharaan memiliki orang  yang rela menabung untuk mensteril mereka, maka kucing liar juga dibuatkan program untuk mensterilisasi mereka. Program sterilisasi kucing liar biasanya dijalankan oleh komunitas pecinta kucing, yang diberi nama program Trap-Neuter-Release (TNR).

Trap-Neuter-Release atau tangkap-steril-lepas adalah cara untuk menekan populasi kucing melalui sterilisasi yang pada dasarnya sama dengan mensteril kucing biasa hanya saja dilakukan khusus untuk kucing liar. TNR juga dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi para kucing maupun anak-anak kucing yang kemungkinan besar terlantar. 

Salah satu komunitas yang bergerak di bidang TNR adalah catrescue.id yang bisa ditemui di twitter maupun Instagram. Saya mendapat kesempatan untuk mengetahui lebih banyak tentang komunitas catrescue.id ini melalui percakapan dengan Kak Devin, penggagas komunitas ini.

Hal yang melatarbelakangi Kak Devin melakukan TNR adalah kekhawatirannya mengenai kucing-kucing liar yang biasa ia lihat di daerah Menteng selepas pulang kantor pada sekitar tahun 2016. Karena seringnya Kak Devin nongkrong di sana, jadi banyak pedagang kaki lima di sekitar tempat itu melaporkan mengenai kucing yang sakit bahkan ada yang membuang kucing. 

“Tiap hari saya dapet aja laporan tentang kucing sakit atau ada yang buang kucing. Nah saat itu saya kerja full-time, kantoran. Waktu itu tahun 2016, internet udah di mana-mana. Jadi setiap saya commuting saya carilah cara bagaimana untuk membantu kucing liar ini.” ujar Kak Devin saat diwawancarai Pena Budaya, Jum’at lalu.

Akhirnya Kak Devin menemukan posting-an tentang program TNR di suatu grup facebook. Dari situlah, Kak Devin mengajak pecinta kucing lain melalui komunitas facebook untuk melakukan street feeding di suatu daerah yang ia sebutkan secara spesifik. 

Kak Devin kemudian menyadari bahwa dengan menyebutkan nama daerah secara spesifik malah membuat orang berani membuang kucing ke daerah itu karena dirasa kucing-kucing yang dibuang, paling tidak, akan mendapatkan makan dari para street feeder. Belajar dari kesalahannya tersebut, Kak Devin kemudian mencoba mengaplikasikan program TNR sekaligus street feeding pada kucing-kucing liar di sana tanpa woro-woro di sosial media dengan mengajak orang-orang yang kebetulan sedang melakukan street feeding di sekitar daerah itu. 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sumber daya manusia komunitas catrescue.id biasanya dari pecinta kucing yang diajak oleh Kak Devin saja. Lalu, untuk masalah pendanaan biasanya didapat dari donasi-donasi yang dikumpulkan melalui website. Karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia, kegiatan ini tidak bisa dilakukan terlalu sering. Untuk tempat pengambilan kucing, biasanya dikonsentrasikan di satu koloni agar lebih mudah untuk dipantau ketika kegiatan steril sudah selesai.

Kucing yang sudah disteril ditandai dengan ear tip atau sobekan kecil di ujung telinga kucing. Beberapa kucing yang sudah di-ear tip tidak jarang malah diambil oleh orang lain. Kak Devin merespon tidak apa-apa jika hal itu terjadi, asal kucingnya dirawat dengan baik.

Kak Devin juga mengajak kita sebagai pecinta hewan untuk menggalakan kegiatan TNR ini disamping hanya melakukan street feeding. Karena jika kita hanya melakukan street feeding tanpa menekan populasi kucing, itu sama saja seperti menyimpan bom waktu. Kucing-kucing akan membludak dan kita akan semakin sulit mengendalikan populasinya.

Kita juga bisa ikut berdonasi dan ikut mengadopsi kucing liar untuk catrescue.id, dengan mengunjungi situs web-nya atau mengikuti sosial medianya berupa twitter dan instagram dengan nama akun twitter @catrescuedotid dan akun instagram dengan nama @catrescuedotid.

Program TNR ini merupakan program yang seharusnya bisa diprioritaskan pada saat ini. Dengan adanya pilihan untuk melakukan TNR ini seharusnya bisa membuat kita menjadi tergerak untuk menyejahterakan kucing-kucing. Paling tidak kita bisa mensterilisasi kucing peliharaan kita sendiri terlebih dahulu, dan sedikit demi sedikit membantu komunitas pecinta kucing seperti catrescue.id untuk menyejahterakan kucing lainnya.

Subscribe
Notify of
guest

1 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Achdiyat

Jauh amat ke catrescue. Di dalam kampus ada UnpadSF ga kalian liput?

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran