Trilogi Negeri +62

Muhammad Fadhlan Rusyda
801 views
','

' ); } ?>

1

Situasi saat ini kembali pada masanya

Masa dimana korupsi merajalela

Dan mereka yang seharusnya bertindak tak bisa melakukan apa-apa

Karena dikebiri kebebasannya oleh orang yang terancam karenanya

Mereka yang berkata kebenaran dengan lantang

Tetapi disambut oleh tembakan laras panjang

Mereka datang dengan semangat berjuang

Tetapi dibalas dengan semprotan yang membuat mata tak bisa memandang

Mereka seakan lupa tugas yang sebenarnya

Menjadi penyalur suara rakyat di bawah atap hijau milik negara

Tetapi malah membuat undang-undang yang seakan tak ada gunanya

Seakan filosofi dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat tergerus dengan hawa nafsunya

Aparat yang seharusnya mengayomi kita

Malah menodong masa yang ingin Indonesia lebih sempurna

Aparat yang seharusnya melayani dengan seksama

Malah mengkambing hitamkan rakyat yang tak tau apa-apa

Apakah ini memang takdir di negeri ini?

Memiki para pemimpin yang berjiwa keji

Apakah ini memang jalan semenjak kita berdiri?

Selalu dihadapkan dengan fakta yang membuat bulu kuduk kita berdiri

2

Kami lihat kalian bahagia

Kami lihat kalian berfoya-foya

Dari hasil uang jerih payah

Yang kami hasilkan susah payah

Kami lihat kalian bermobil mewah

Walau hanya tidur di gedung berkubah

Kami yang berdarah-darah demi api kompor tetap menyala

Hanya berpijak pada sendal seribu cerita

Uang yang kau miliki dapat membeli surga dunia

Walau kami tau itu asalnya dari mana

Kami hanya menunggu hingga waktunya tiba

Saat kau mendekam di balik jeruji penjara

3

Hai para penguasa dan pembuat kebijakan

Apakah kalian mengerti keadaan kami para pejuang di jalanan

Seruan kenaikan menjadi malapetaka

Membuat kami harus memilih api kompor atau knalpot bernyala

Hei para petinggi negara

Tidakkah kau lihat kami sudah menderita

Hei ini cerita dari sisi kelam Indonesia

Sebuah lini yang tak pernah kau anggap ada

Kenaikan yang kau anggap buah dari sebuah kebijakan

Menjadi momok bagi semua orang yang membutuhkan

Minyak bumi layaknya sandang dan pangan

Melonjak naik tatkala kalian butuh mainan

Kami teriak

Kami berbicara

Kami memelas

Namun kalian tak pernah membalas

Kami menangis

Kami kecewa

Kami terluka

Namun kalian tetap bersikukuh memperbarui harga

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran