Keikhlasan Perempuan Penulis Sajak

Redaksi Pena Budaya
778 views
','

' ); } ?>
Ilustrasi: Wulan Sari Puisi: Tiara Rizkita

Ilustrasi: Wulan Sari
Puisi: Tiara Rizkita

Seperti embun di pagi hari

Yang perlahan menghampiri daunnya

Aku bahkan hanya seperti debu yang ditiup lalu terbang ke mana saja

Mencari kamu yang sulit untuk kutebak degupmu untuk siapa

 

Aku hanya lapang yang ikhlas

Menikmati jalanmu yang semakin jauh

Mengabur seperti pasir pantai

 

Secangkir teh masih kusesap sedikit demi sedikit

Karena aku mulai mencintaimu secara pelan-pelan

 

Tidakkah kamu ingin bertanya mengapa awan terlihat baik-baik saja, sekalipun guntur menyakitinya?

Awan mencintai guntur dengan perlahan

Maka, ketika guntur menghadirkan petir, awan menikmati semuanya secara pelan-pelan

Sementara di sudut kamarnya, awan menelan lukanya sendirian

 

Lalu bagaimana dengan padang pasir yang tetap lapang, padahal pohon-pohon kurma sudah tumbang?

Kecintaannya telah hilang

Sementara, padang pasir merajut ikhlasnya dengan mata nanar

 

Aku tidak berani mengatakan tentang cinta

Ataupun berteori soal rindu

 

Yang tak lebih selalu berdoa sebelum subuh agar kamu bahagia

Yang matanya masih malu bertemu matamu

Berdiri anggun di belakang punggungmu

Maka, kamu tidak perlu bertanya, “Siapakah yang paling ikhlas memperhatikan garis senyum dan sorot mataku?”

 

Karena sampai nanti, sampai tua, sampai tiada

Aku adalah perempuan penulis sajak-sajak yang terbuat dari garis senyummu

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran