Buah Pena di Luar Kelas

Redaksi Pena Budaya
670 views
','

' ); } ?>
Penyambutan yang dilakukan pemerintah Kecamatan Kalipucang pada mahasiswa Sastra  Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. photo by KA

Penyambutan yang dilakukan pemerintah Kecamatan Kalipucang pada mahasiswa Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.
photo by KA

Kegiatan belajar mengajar tidak melulu bisa dilakukan di dalam kelas. Belajar tidak melulu soal buku, guru, dan siswa. Ada kalanya seorang pelajar bertransformasi menjadi buku, guru, ataupun orang biasa. Ada kalanya pula orang biasa bertransformasi menjadi guru. Belajar bisa dilakukan di mana saja dan dengan siapa saja. Belajar tidak mesti di kelas. Ada waktunya mahasiswa mesti turun dan melihat langsung keadaan yang terjadi di masyarakat. Salah satu kegiatan belajar di luar kelas adalah dengan mengadakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

Kuliah Kerja Lapangan bisa dilakukan untuk semua jurusan dalam suatu perguruan tinggi. Selain untuk menambah wawasan mahasiswa, kegiatan seperti ini pula dapat berfungsi untuk mengeratkan kekeluargaan antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, dan mahasiswa dengan masyarakat.

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Prodi Sastra Sunda FIB Universitas Padjadjaran sudah merupakan mata kuliah wajib 3 SKS. KKL ini dilaksanakan setahun sekali. Mahasiswa Program Studi Sastra Sunda mempunyai kewajiban mengikuti mata kuliah ini tiga kali. Tahun 2016 ini KKL dilakukan selama 4-5 hari di daerah yang bahasa dan budayanya masih berhubungan dengan Sunda. Biasanya pihak Prodi bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik untuk menentukan di mana daerah yang cocok dan memang perlu dilakukan penelitian kebahasaan, sastra, naskah, dan budaya bagi mahasiswa khususnya peneliti.

Tahun ini, Kuliah Kerja Lapangan Sastra Sunda dimulai pada tanggal 19-22 Mei 2016. Pelaksanaannya dilakukan di Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran. Sedikitnya ada sembilan Desa yang dijadikan tempat KKL yaitu Desa Bagolo, Desa Bajarharja, Desa Cibuluh, Desa Ciparakan, Desa Emplak, Desa Kalipucang, Desan Pamotan, Desa Putra Pinggan, dan Desa Tunggilis. Tiap desa diisi oleh dua kelompok dari delapan belas kelompok mahasiswa KKL Sastra Sunda yang terdiri dari tiga angkatan. Mahasiswa angkatan 2013, 2014, dan 2015 mengikuti kegiatan wajib yang diadakan oleh Program Studi Sastra Sunda.

Desa Kalipucang merupakan pusat desa yang terletak di Kecamatan Kalipucang. Desa Kalipucang terbagi menjadi dua dusun. Salah satu dusun yang terletak di Desa Kalipucang sendiri yaitu dusun Giri Setra. Dusun Giri Setra dimulai dari RW. 01 yang berbatasan dengan jembatan penyebrangan ke Cilacap, Jawa Tengah. Kecamatan Kalipucang merupakan daerah perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Bahasa yang digunakan masyarakat kalipucang tidak hanya menggunakan bahasa Sunda, tetapi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Jawa juga dipakai sebagi alat komunikasi masyarakat Kalipucang. Sekarang ini banyak masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan sehari-harinya, karena menurut salah satu warga yang kami temui saat wawancara, banyak masyarakat Jawa Tengah yang “melompat” ke Kalipucang. Masyarakat Kalipucang bisa dikatakan fasih menggunakan bahasa Sunda maupun Jawa. Tidak heran jika seringnya kami menemukan adanya unsur alih kode bahasa dalam percakapan masyarakat kalipucang. Kegiatan KKL ini menghasilkan buah pena di luar kelas.(KA)

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran