Di tengah maraknya masyarakat di seluruh dunia dalam menggunakan ponsel pintar, Pokemon Company yang bekerja sama dengan Nintendo dan Niantic merilis sebuah game bernama Pokemon Go. Saat mendengar nama Pokemon, tentu sudah tak asing lagi dan pastinya telinga kita akan terngiang setelah mendengar nama yang awalnya merupakan sebuah anime itu. Alhasil permainan yang berbasis augmented-reality (AR) ini baru beberapa hari setelah perilisannya sudah menjadi primadona di kalangan remaja ataupun dewasa.
Dalam game ini, para pemain harus menangkap sejumlah monster virtual menggunakan Pokeball. Untuk mengumpulkannya, mereka harus mencari ke berbagai tempat di mana terdapat Pokestop (tempat munculnya monster). Selain itu, monster yang diperoleh dapat bertarung di dalam fitur bernama Pokemon Gym guna meningkatkan level. Hal yang membuat Pokemon Go begitu digandrungi adalah penyesuaian letak fitur game dengan lokasi di dunia nyata. Adanya fitur menarik ini karena penggunaan GPS dan kamera belakang. Oleh karena itu, pemain seolah dapat melihat monster virtual berkeliaran di dunia nyata.
Pengguna Pokemon Go ternyata berasal dari berbagai kalangan, dari usia tua maupun muda, serta dari kaum pelajar hingga pejabat negara. Mereka memiliki berbagai alasan untuk memainkan game ini. Ada yang murni untuk menghilangkan stres, menyalurkan kegemarannya terhadap Pokemon, atau sekedar mengikuti tren di masyarakat. Banyak kalangan menggemari permainan ini karena cara bermain yang unik, mudah, dan tak memerlukan properti pendukung. Cukup menggunakan ponsel pintar beserta aplikasinya, Pokemon Go langsung dapat dimainkan.
Permainan dengan pengguna tersebar di seluruh dunia ini sebenarnya memberi dampak “menyehatkan”. Dapat dikatakan demikian karena telah membuat mereka begitu antusias berjalan kaki atau berkendara demi mendapatkan monster. Para pengguna menganggap permainan ini dapat memberikan motivasi untuk rajin berolahraga. Demam Pokemon Go juga menghasilkan peluang bisnis baru, yakni transaksi jual beli akun ber-level tinggi yang harganya dapat mencapai jutaan rupiah. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bahkan berharap agar monster dalam Pokemon Go ditempatkan di taman sekitar Jakarta. Menurutnya, upaya tersebut dapat dilakukan guna meningkatkan jumlah pengunjung taman. Apabila dilihat dari hal-hal tersebut, nampak bahwa game ini telah menginspirasi banyak pihak.
Namun, di sisi lain Pokemon Go dapat bersifat “mematikan”. Bukan berarti game ini dapat mengakibatkan ketakutan berlebih bahkan serangan jantung seperti pada game berjenis horor. Keunggulan game yang sesuai dengan lokasi di dunia nyata ini tentu tak lepas dari bahaya yang juga datang. Setiap orang yang bermain Pokemon Go pasti akan mengetahui peringatan di awal permainan yang berbunyi “Remember to be alert at all times. Stay aware of your surroundings” dengan gambar seorang gamers dan seekor naga dihadapannya. Meskipun demikian, di beberapa negara tetap saja ada korban. Tak sedikit kejadian naas yang menimpa penggunanya, seperti hampir ditembak, dijebak oleh perampok, kecelakaan lalu lintas, bahkan terjatuh dari tebing.
Akibatnya, muncul berbagai pihak yang secara terang-terangan mengecam perilisan game ini. Bahkan ada salah satu negara yang memberlakukan larangan bermain Pokemon Go karena dianggap mengancam keselamatan nasional. Beberapa instansi di Indonesia pun ada yang melarang pegawainya untuk memainkan game ini demi menjaga kerahasiaan instansi. Himbauan demi himbauan pun terus dilakukan oleh pihak berwajib agar para pemain selalu berhati-hati.
Merebaknya demam Pokemon Go telah mendorong banyak peminatnya untuk mengunduh secara ilegal. Hal tersebut terpaksa dilakukan karena di negara mereka game tersebut belum dirilis secara legal. Pengunduhan game secara tidak resmi dianggap sangat rentan terkena retas (hack) atau virus pada gadget yang digunakan. Apabila gadget diretas, data-data pribadi dikhawatirkan akan dicuri oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.
Ada satu lagi yang dapat dikategorikan sebagai dampak “menyehatkan” sekaligus “mematikan”. Beberapa pengemudi ojek online mengaku pernah melayani penumpang yang sedang mencari pokemon. Mereka dapat meraup banyak keuntungan karena tak jarang mengantar client melewati rute yang jaraknya cukup jauh. Sementara di sisi “mematikan” berkaitan dengan permintaan pemain Pokemon Go yang tak tentu. Bayangkan saja jika mereka menyuruh pengemudi berhenti atau membelok secara tiba-tiba, tentu akan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Berbanding lurus dengan kepopulerannya, merebak pula isu mengenai pemblokiran Pokemon Go di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Kemkominfo menegaskan tidak akan melakukannya karena konten dalam permainan tersebut sama sekali tak melanggar undang-undang. Menurut pihaknya, game keluaran Jepang ini tak mengandung unsur SARA maupun pornografi. Maka dari itu, pemain Pokemon Go di Indonesia tak perlu lagi mengkhawatirkan hal ini.
Bagaimana pun juga, pengguna harus tetap berhati-hati selama bermain agar tidak menimbulkan insiden yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Jangan sampai karena kecerobohan pribadi, esensi bermain game sebagai sarana melepas stres menjadi hilang dan malah game ini menjadi kambing hitam sebagai penyebab kecelakaan. Cerdas dan bijak dalam menggunakan teknologi sangat perlu diterapkan dalam situasi ini. (KAI)