Fast Track, Program Akselerasi yang Masih Minim Sosialisasi

Muhammad Fadhlan Rusyda
1269 views
','

' ); } ?>

Fast Track merupakan suatu program yang telah disiapkan untuk percepatan studi bagi mahasiswa yang sudah memasuki semester 6, mereka yang ingin meneruskan ke jenjang selanjutnya (S2) bisa menggunakan program ini. Nantinya mereka akan menempuh S2 bersamaan dengan semester 7 dan 8, syarat bagi mereka yang ingin mengajukan diri untuk program ini adalah kemampuan di bidang akademis, sebagaimana yang disampaikan Dr. Lina Meilinawati Rahayu, SS., M.Hum. selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.

            “Pertama yang IPK-nya 3.51 ke atas, yang kedua yang nilai TKBI nya 500, yang ketiga yang nilai TPA nya 500,” ujar Lina kepada Pena Budaya.

            Fast Track sendiri bisa dikatakan keuntungan bagi mereka yang berhasil lolos seleksi, karena hanya dengan membayar UKT untuk S1, mereka bisa bersamaan menempuh S2. Tetapi hal ini kembali lagi kepada syarat-syarat yang telah ditentukan, karena Unpad hanya memberikan program ini bagi mereka yang “High Quality”.  Namun ketika mereka yang telah lolos seleksi dan mendapatkan program ini tetapi IPK-nya kemudian turun, program ini akan langsung diberhentikan, ini juga berlaku bagi mereka yang saat pelaksanaan program ini tidak mampu menyelesaikan S1-nya dalam 8 semester yang artinya S2 yang ditempuh akan berhenti di saat itu juga. Walaupun begitu, mereka tetap akan mendapatkan gelar S1.

            Saat mahasiswa telah menerima program ini, ia akan menjalankan kuliah secara biasa (daring), karena saat ini S2-pun telah dilaksanakan secara daring, hanya bimbingan dan sidang di S2 yang akan dilaksanakan secara luring.  Meskipun begitu, mahasiswa yang mengikuti program Fast Track ini tetap akan diminta untuk membuat skripsi sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana terlebih dahulu.

“Mereka akan tetap bikin skripsi, lalu semester 8 di S1 berarti kan semester 2 di S2 tapi skripsinya itu bisa dilanjutkan kan jadi tesis. Tetapi kalau kita, di FIB, tetap meminta mereka untuk membuat skripsi,” ungkap Lina kepada Pena Budaya.

            Meski menawarkan keuntungan, program ini tidak terlalu populer di kalangan mahasiswa aktif Unpad, banyak dari mereka yang minim pengetahuan akan program ini.  Miftah Firdaus Zein, salah satu mahasiswa dari angkatan 19 prodi Sejarah, mengungkapkankan, hal ini didasari karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan pihak rektorat maupun dekanat, terlebih dengan tidak tepatnya sasaran sosialisasi yang dilakukan. Program yang diperuntukan untuk mahasiswa semester 6 ini malah disosialisasikan melalui mahasiswa semester 4 yang tentu saja belum memikirkan untuk meneruskan ke S2.

            “Publikasi hanya sebatas poster dan tidak ada tindak lanjut, terlebih sosialisasinya tidak tepat sasaran dan lebih baik untuk memprioritaskan sosialisasi bagi mahasiswa semester 5-6 yang memang tengah bersiap ke tahap selanjutnya,” ujar Miftah kepada Pena Budaya.

            Minimnya informasi mengenai program Fast Track ini dapat dilihat dari rata-rata mereka yang hanya mengetahui jika program ini merupakan program percepatan kuliah di mana S1 dan S2 hanya dilakukan selama 5 tahun. Bahkan ada beberapa juga yang mengetahui program ini dari pihak ketiga, yaitu dari obrolan teman ataupun dari teman, hal ini menunjukan jika sosialisasi ataupun publikasi dari program ini masih kurang baik.

            Seperti halnya sosialisasi, keuntungan yang diberikan oleh program ini pun sebenarnya akan menjadi kekurangan dari program itu sendiri, di mana tidak adanya hal yang mengikat untuk mahasiswa yang mengajukan program ini dan dapat membuat mahasiswa yang telah terpilih menjadi setengah hati. Dengan tidak adanya hal yang mengikat, bisa saja ada mahasiswa yang hanya mencoba-coba dengan mengikuti program ini. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rafa Khadafi selaku ketua angkatan 20 prodi Sejarah.

            “Balik lagi ke individu masing-masing, tapi jika dilihat dari programnya merupakan batu loncatan bagi yang ingin meneruskan ke S2, tapi itu menguntungkan jika hanya melihat programnya. Lebih baik ada tambahan untuk pembayaran jika ingin mengikuti program ini, karena biar ada keterikatan dan rasa tanggung jawab akan program ini. Buruk nya adalah ketika seseorang hanya mencoba, ia akan terkesan bermain main dan tidak serius karena tidak adanya keterikatan dan tanggung jawab akan program tersebut,” ujar Rafa.

            Program ini sebenarnya merupakan suatu hal yang menguntungkan bagi mahasiswa, tetapi kembali lagi dalam sosialisasi dan publikasinya, program ini masih memiliki beberapa kekurangan begitupun dengan pelaksanaan yang dirancangnya. (MFR)

Subscribe
Notify of
guest

1 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Chyntia

Kaget trnyata syarat dan cara kerjanya begini ya.. hadeh sy kl msh smt 6 mungkin udh terdiskualifikasi dan capek duluan bayanginnya sekalipun berminat lanjut S-2 😂😅 sbnrnya gapapa sih disosialisasiin jg pas Opbud kl ini program bakal terus berjalan, toh bikin maba jg punya pilihan dan pertimbangan kok buat membentuk rencana masa dpn mereka, terlebih keknya anak2 sklhan jaman skrg lbh ambis gitu

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran