Minat baca dan budaya literasi telah menjadi sesuatu yang diusahakan peningkatannya dari tahun ke tahun, baik oleh perorangan maupun oleh organisasi atau lembaga tertentu. Tidak terkecuali dengan Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA). Tahun ini, untuk yang ke-empat kalinya, Museum Konperensi Asia Afrika kembali mengadakan Pekan Literasi Asia Afrika (PLAA). Pekan Literasi Asia Afrika 2017 yang bertema Bhina Aksara Tunggal Idea ini berlangsung dari tanggal 17-19 Maret 2017 bertempat di Museum Konperensi Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat. Konten yang ada di Pekan Literasi Asia Afrika pun sangat beragam, mulai dari bedah buku, diskusi film, taman bacaan, diskusi, talkshow, lomba-lomba, serta stage performance.
Pembukaan Pekan Literasi Asia Afrika di ruang pameran tetap Museum KAA hari Jumat (17/3) kemarin turut mengundang berbagai pihak, mulai dari Bu Ovi Sofiana dari Badan Perpustakaan Nasional, Pak Al-Busyra Basnur dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, pak Mahpudi dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Jawa Barat, serta masih banyak lagi. Penampilan di pembukaan PLAA juga sangat meriah dengan ditampilkannya tari tradisional, serta penampilan dari anak-anak berkebutuhan khusus dan Pusat Kebudayaan Korea.
Dalam sambutannya di Pembukaan PLAA kemarin (17/3), Bu Ovi Sofiana, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Informasi Perpusnas ini mengatakan tujuan adanya PLAA ini untuk meningkatkan minat baca dan meningkatkan apresiasi terhadap Museum. Selain Bu Ovi, Pak Al Busyra, Direktur Diplomasi Publik, juga mengemukakan bahwa dengan tema Bhina Aksara Tunggal Idea yang diusung pada PLAA ke-empat ini, diharapkan bahwa literasi menjadi pemersatu kemajemukan, tidak hanya kemajemukan yang ada di kota Bandung, di Jawa Barat, di Indonesia, tapi kemajemukan yang ada di seluruh dunia. Pekan Literasi Asia Afrika ini juga bertujuan untuk lebih memperkenalkan perpustakaan Museum Konperensi Asia Afrika pada khalayak ramai. Perpustakaan MKAA ini merupakan bagian pelayanan museum secara keseluruhan. Beliau juga menyampaikan perpustakaan MKAA, sebagai bagian dari Kementerian Luar Negeri, merupakan aset diplomasi public yang menampilkan berbagai koleksi yang terkait dengan diplomatik Indonesia, terutama di kawasan Asia dan Afrika.
“[Perpustakaan MKAA] diharapkan menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas,” tuturnya.
PLAA sendiri menjadi program penting dan strategis untuk kampanye rendahnya minat baca. Dalam pembukaan PLAA kemarin, Bu Ovi Sofiana juga memaparkan data mengenai transformasi penggunaan teknologi dan informasi yang penggunaan kontennya masih didominasi games, media sosial, dan foto, sedangkan untuk media sosial baca, persentasenya hanya 5%. Bu Ovi berpendapat kurang membaca tentu berpengaruh pada inovasi yang dihasilkan, karena kurang membaca mengakibatkan kurangnya informasi dan kurangnya informasi menyebabkan rendahnya inovasi.
“Budaya baca tidak hanya berdampak pada kemampuan berbahasa, namun juga pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. [Budaya baca] dapat meningkatkan pemahaman dan rasa hormat terhadap budaya,” tuturnya.
Pada kesempatan kemarin, Perpustakaan Nasional RI juga mengenalkan program perpustakaan digital dalam bentuk aplikasi, AIPUSNAS, yang dapat diunduh di berbagai jenis ponsel pintar. AIPUSNAS memiliki 12.500 judul buku dengan jumlah pustaka aktif sebanyak 18.500, dan 8.800 salinan buku elektronik yang dipinjam. Perpusnas juga menyediakan buku elektronik dan jurnal ilmiah untuk kepentingan penelitian yang bisa diakses secara gratis. Hanya perlu mendaftarkan diri menjadi anggota di www.perpusnas.go.id .
Hari pertama Pekan Literasi Asia Afrika kemarin diisi oleh acara pembukaan, konferensi pers, pameran buku yang diikuti oleh Kementerian Luar Negeri, IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Jawa Barat, Pusat Kebudayaan Korea, dan masih banyak lagi. Pekan Literasi Asia Afrika masih akan berlangsung pada 18 dan 19 Maret dengan konten acara yang beragam. (DJ)