Terinspirasi dari Buku: Siapa yang Memasak Makan Malam Adam Smith?
Tangan Lahap yang Bersembunyi
Wajahnya cantik dan penuh pesona
Sejak belia ia hanya tinggal bersama bapaknya
Hidupnya tak mungkin susah
Kuliahnya pun di kampus ternama
Wajah bapaknya terpampang di mana-mana
Bisnisnya tak kenal wilayah
Kawanannya sederajat kelas kakap
Tangannya bekerja dengan lahap
Suatu hari, gelombang besar menimpa dirinya
Gadis cantik itu dipaksa mengalah di hadapan kawanan bapaknya
Kejam, dingin, dan berdarah
Harga dirinya hancur bak dilahap ombak
Namun, bisnis bapaknya semakin jaya.
….
Keuntungan Milik Masing-masing
Seorang pria terdampar di pulau yang entah
Berbekal 200 gelang emas di dalam kantungnya
Tak ada satu pun manusia yang tampak
Ia sendiri dan berbaring di tepi
Perutnya mulai meraung-raung
Sudah lewat tiga hari perutnya tak terisi
Ia menelusuri pulau tandus itu, mencari sesuap harap
Matanya kunang-kunang, tubuhnya nyaris tumbang
Akhirnya, munculah sesosok pria paruh baya yang membawa seonggok beras di tangannya
Dengan tergesa, ia menghampiri pria paruh baya tersebut untuk mengharap seonggok beras
Kini, pria tersebut kembali memiliki harapan dan pria paruh baya hidup sejahtera.
….
Menelan Derit cukup Sendiri saja
Anaknya tak henti-hentinya menangis
Sebagai seorang ibu, hatinya begitu pilu
Sambil menggendong anaknya, ia menengadah di pinggir jalan
Nyaris tak ada yang mengasihani mereka
Berbekal uang dua ribu rupiah
Sang ibu nekat membeli nasi dan lauk
Namun, kenyataan berkata lain
Pedagang tersebut mengusirnya karena uangnya tak cukup
Keadaan sang ibu makin terhimpit, sang anak terus menjerit dan pedagang tetap berjualan.
…
Sejatinya, Kami Gemar “Berbagi”
Sejak kecil keduanya suka berbagi
Mereka kembar dan memiliki paras yang tampan
Keluarganya hidup bahagia dan berkecukupan
Namun, hidup ayahnya sudah tak lama lagi
Perusahaan yang dirintis oleh ayahnya perlu pemimpin
Meskipun anaknya kembar, keduanya tak serupa dalam segi ilmu
Ayahnya memutuskan untuk memercayai anak keduanya
Perasaan tak terima menggerogoti hati anak pertama
Pertengkaran di antara mereka mungkin saja berlangsung dalam jangka waktu yang panjang
Namun, hal tersebut tidak terjadi.
Sang ayah sudah disemayamkan di samping makam anaknya yang kedua.
…
Tulang Punggung Saya “Hanya Satu”
Karena tak mampu melanjutkan studinya
Seorang wanita muda rela membanting tulang setiap hari untuk menggendong orang tua serta adik-adiknya
Tanpa kenal letih, ia bekerja dari fajar hingga petang
Dalam sehari, sepatu yang diluncurkan pabrik ini mencapai jutaan pasang
Keuntungan yang diperoleh mampu meraih omset miliaran
Namun, wanita tersebut tidak tahu bagaimana rasanya mengenakan sepatu tersebut meskipun ia bergulat dengan sepatu itu hampir setiap hari
Pendapatannya tidak sebanding dengan tenaga dan usaha yang ia kerahkan, keesokan harinya, ia kembali bekerja lagi.
BACA JUGA Tulisan lain dalam rubrik Puisi dan tulisan Naulia Zahra lainnya.