Kumpulan Puisi Pena Budaya Edisi #1

Redaksi Pena Budaya
1676 views
','

' ); } ?>

Ah, Hanya Isi Hati Mahasiswi
Pinus Tua

Ah lelah, sekarang semuanya hanya memupuk rindu.
Padahal jarak kita hanya bagai si kampus gajah biru dan si kujang obor oren,
Tapi perasaanmu padaku sejauh si almamater kuning perbatasan dengan biru dongker pindah gedung.
Ahhh rindu rindu dan rindu.
Kalau boleh, bisakah sekali saja kita bertemu dengan dalih open house kampus?
Padahal sekalian saja open heart.
Tak apa, aku tak memaksa, hanya sedikit berusaha.
Ngomong-ngomong, apa kau tak rindu tempat kita pertama berjumpa?
Di danau kematian, katanya.

Segala Tentangmu
Andini Putri Hartono


Aku ingat ketika aku antusias waktu itu
Melompat-lompat melihat pesawat yang akan terbang
Dan aku tertawa ketika pesawat itu terbang
Kucoba kejar sekuat tenaga sampai pesawat itu hilang di pandangan
Lalu sebuah kenyataan mencubit
Bahwa aku masih di sini karenamu

Hari-haripun kulewati dengan membuatmu kagum
Yah… setidaknya aku mencoba
Kupu-kupu selalu berterbangan setiap kali kau senyum kepadaku
Mataku pun selalu tertuju ketika ada kehadiranmu
Duh, dasar tak tahu diri…
Kehadiranmu mengalihkanku, tahu?

Waktu berganti dan kau milik orang lain
Entah kenapa sudah seperti itu di pikiranku…
Kulihat kau bermesraan dengannya
Dan yah, tidak apa-apa…
Aku tidak akan terpengaruh
Seperti biasa, aku hanya akan menjadi badut di lingkaran kecil kita saja

Sepasang Parasit yang Menyiksa Batin
Andini Putri Hartono


Ah… Dasar bajingan kotor…
Dasar pelacur emosian!
Bisa tidak nadamu sedikit merendah!
Tak pernah dengar kata “Lembut”?

Baru saja karma pergi
Bisa-bisanya kau memanggilnya kembali!
Memangnya ada apa?
Kau suka bercumbu dengannya?
Senikmat itukah rasanya?

Hei, pelacur murahan!
Kau pikir aku buta?
Keringatmu membanjiri tubuhmu
Dan kau pikir aku buta?
Ah… Dasar persetan kalian berdua!

Uruslah urusan kalian!
Jangan melampiaskan apinya kepada orang lain!
Sialan… Aku hanya bisa menatap sinis
Sialan… Aku hanya bisa menggertakkan gigi

Sekilas Kisah Cinta
Andini Putri Hartono


Aku melihatmu di kolom komentarnya
Menanyakan pertanyaan klise setelah melihat captionnya yang galau
Lalu kupikir,
“Apa-apaan ini…”
Kenapa “kau” ada di sana?
Kenapa kalian berdua?
Ada apa dengan kalian?

Setelah itu, kuberanikan diri untuk mendekatimu
Kuberitahu keadaannya di saat sebenarnya aku hanya mengada-ngada
Kulakukan cara licik itu untuk menyadarkanmu
Bahwa sebenarnya Aku-lah yang pantas
Aku-lah yang pantas di sisimu
Aku-lah yang pantas kau khawatirkan
Aku-lah takdirmu

Dan akhirnya, kau memakan umpanku
Kau menanyakan sebuah pertanyaan klise kepadaku
Siklus kebingunganpun akan terulang lagi
Waktu kehancuranku juga akan terulang lagi
Namun, seperti seorang putri, aku hanya tersenyum
Menantikan hari-hari penuh warna bersamamu
Kutunggu pesanmu setiap saat

Dan kutunggu tulisan darimu di kertasku

Lapar
Annastasia F

Yang kecil berebut
Yang besar tak mau kalah
Semua menyalahkan yang di sana
Yang di sana menyalahkan yang di sini
Mereka bilang “Kami sedang susah”
Mereka bilang “Dahulukan kami”
Sementara yang keberadaannya terasa jauh selalu bersabar dan berucap “Terpujilah Allah dengan segala karunia-Nya”

***

Editor : Irna Rahmawati
Ilustrator : Nur Ahmad Hafidh

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran