Idulfitri menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu setiap tahunnya, khususnya oleh kaum muslim. Menurut saya, sangat wajar momen ini menjadi hal yang paling ditunggu karena rasanya memang hari tersebut adalah hari yang menyejukkan hati yang membuat diri kembali menjadi ke fitri dan suci.
Di Indonesia, tradisi lebaran berlangsung mulai dari pagi hari. Masing-masing keluarga keluar dari rumah secara bersamaan bergegas menuju masjid atau lapangan terbuka untuk melaksanakan shalat Ied. Secara umum, dalam pandangan saya, pemandangan pagi hari tersebut sangat indah, bersih, putih.
Sepulang dari salat Ied, umumnya orang akan saling bermaaf-maafan, lalu lanjut makan ketupat plus opor ayam yang dilengkapi dengan sambal goreng kentang dan tak lupa emping atau kerupuk udang. Aduh enak.
Di siang hari, biasanya, bocil-bocil diminta berbaris untuk menerima amplop lebaran berisi uang baru yang harumnya khas. Tentu saja orang dewasa muda, misalnya yang sudah kuliah, tidak diminta berbaris dengan alasan sudah besar. Agak sulit diterima, tapi semoga saja mereka sadar bahwa please, dong, sebenarnya kita lebih butuh duit. Untuk checkout keranjang online shop, misalnya. Hehehe.
Omong-omong soal bagi-bagi uang a.k.a THR, kita tahu bahwa tidak hanya tradisi umat muslim saat Lebaran yang membagikan amplop berisi uang, tetapi agama lain pun dalam tradisinya melakukan hal tersebut, Imlek misalnya.
Tradisi hari raya Lebaran pada umumnya hampir sama di seluruh dunia. Namun, ada printilan-printilan tertentu yang mungkin hanya terjadi di wilayah tersebut.
Seperti Jepang, tradisi yang mirip seperti Lebaran di Indonesia adalah tradisi Otoshidama, yaitu memberi amplop berisi uang kepada anak-anak setiap tahun. Uang-uang yang diberikan pun adalah uang kertas yang masih baru. Begitupun dengan amplopnya yang berhiaskan beragam gambar kesukaan anak-anak.
Tenang, tidak kalah, Indonesia pun punya amplop yang bisa diandalkan untuk dibagikan kepada bocil saat Lebaran, misalnya amplop bergambar Masha dan beruang cokelatnya, Upin Ipin and the genk, atau Boboiboy bersama Gopal.
Negara tetangga kita, yakni Malaysia, tradisi membagikan amplop lebaran pun akrab dijumpai setiap Idulfitri. Mereka yang sudah bekerja umumnya akan membagikan amplop lebaran kepada anak kecil yang menjadi anggota keluarganya. Tradisi lainnya pun mirip dengan Indonesia, yakni saat lebaran, tiap orang akan saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan–selayaknya Fizi yang meminta maaf kepada Upin dan Ipin karena melempar dark jokes saat episode bulan Ramadan. Selain itu, tiap keluarga biasanya akan menyajikan ketupat dan rendang sapi atau rendang ayam.
Tak kalah seru, Arab Saudi pun memiliki tradisi lebarannya sendiri. Agak berbeda dengan Indonesia, pada saat Lebaran, Arab Saudi akan mengadakan pertunjukkan seni, seperti pergelaran teater, pembacaan puisi, dan berbagai pertunjukkan seni lainnya. Anak FIB pasti demen nih kalo Lebaran di Arab Saudi. Sehabis menunaikan ibadah puasa, lanjut menunaikan ‘ibadah puisi’ sambil makan Kurma.
Tujuannya adalah merayakan hari kemenangan setelah melewati ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Tradisi lainnya yang berbeda pula adalah makanan yang dihidangkan ketika Lebaran, yakni bukan ketupat plus opor ayam, tetapi nasi dan daging domba ditambah sayuran tradisional.
Di negara pemilik Hagia Sophia, yaitu Turki, Lebaran memiliki sebutan “Bayram” dan masyarakatnya akan melakukan Bayramlik, yakni memburu baju Lebaran. Tentu saja Indonesia pun punya Tanah Abang atau Pasar Baru yang akan diserbu orang-orang menjelang Idulfitri.
Masyarakat muslim di Turki akan merayakan Bayram dengan mengucapkan “Bayraminiz Kutlu Olsun”, “Mutlu Baylamlar”, atau “Bayraminiz Mubarek Olsun.” Arti daripada kesemuanya hampir sama, yakni mengucapkan selamat merayakan Hari Raya Bayram atau Hari Raya Idulfitri.
Di Turki juga, pada saat salat Ied, yang datang ke masjid hanyalah kaum pria saja, sementara kaum wanita tetap di rumah.
Sekalipun Islam satu, tetapi dalam merayakan hari besar yang agung ini tentu saja tiap negara, atau bahkan daerah, memiliki tradisinya masing-masing. Sebab, kita tahu bahwa segala hal yang sudah masuk, baik itu ke Indonesia atau ke negara lain, akan bercampur dengan tradisi lokalnya masing-masing.
Omong-omong soal Turki, orang Indonesia kan kalau sehabis lebaran biasanya berlibur ke pantai atau ke berbagai tempat wisata lain. Saya jadi bertanya-tanya, orang Turki begitu juga nggak, ya? Kalo iya, ke mana? Cappadocia gitu? Hehehe it’s my dream, Mas!