Penayangan Perdana Film “Sangkar Madu” Karya Mahasiswa Sastra Indonesia 2023: Berawal dari Tugas Mata Kuliah, Berakhir dengan Tepuk Tangan Meriah

Siti Rohmah
181 views
','

' ); } ?>

Jatinangor — Kelompok 0207 Production House dari Kelas Proses Kreatif Film jurusan Sastra Indonesia, sukses menggelar penayangan perdana film pendek berjudul Sangkar Madu di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran pada (19/04/2025).  Penayangan ini terbuka untuk umum, termasuk masyarakat di luar Unpad, dengan sistem tiket yang bisa dibeli secara daring maupun langsung di lokasi.

Film ini mengangkat isu yang dekat dengan kehidupan mahasiswa, yaitu tekanan finansial dan perlawanan terhadap penindas. Dikisahkan, Sukma seorang mahasiswi Sastra Indonesia dan penari tradisional, demi melanjutkan kehidupan perkuliahannya, ia bekerja keras untuk menghidupi dirinya. Di balik tariannya, ia menyimpan keputusasaan dan ketakutan akan masa depannya. Hingga pada satu titik, perjuangannya membawa pada pilihan sulit yang menguji harga diri dan idealismenya.

Acara penayangan dibuka dengan sambutan dari pembawa acara dan beberapa tokoh, termasuk Ibu Nani Darmayanti selaku ketua Prodi Sastra Indonesia, Bapak Irfan Hidayatullah selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Proses Kreatif Film, dan Ilmi Siti Nadiafadilah selaku produser. Penonton juga disuguhkan penampilan tari oleh Ayu Yulianti dan pembacaan puisi “Aku” karya Chairil Anwar oleh Javiar Ilham. Acara dilanjutkan dengan panayangan perdana Film Sangkar Madu dan sesi bincang-bincang yang dipandu oleh moderator. Kemudian acara ditutup meriah dengan penampilan musik dari band Beuy.

Di Balik Proses Produksi Film Sangkar Madu

Proses produksi film Sangkar Madu melibatkan total 32 orang yang terdiri atas 26 orang dari Mata Kuliah Proses Kreatif Film, dua orang dari proses kreatif puisi, dan empat orang talent dari luar FIB. “Prosesnya dimulai sejak September 2024. Aku dan Zulfa sudah set timeline, pembagian peran, penulisan naskah, hingga tahap syuting di Desember yang dilakukan selama dua hari,” ujar Ilmi selaku produser pada (19/04) saat sesi wawancara bersama Pena Budaya. 

Kelompok 0207 Production House mendapati beberapa tantangan dalam melaksanakan proses produksi film. Menurut Fadhil selaku sutradara, tantangan yang dirasakan berupa pengumpulan dana anggaran dan fleksibilitas mahasiswa yang harus membagi waktu antara kuliah dan menggarap film. Sedangkan menurut Ilmi selaku produser, tantangan lainnya berupa ketidaksesuaian linimasa dari yang sudah direncanakan. Faktor yang melatarbelakanginya, yakni kendala untuk bertemu secara langsung karena perbedaan domisili ketika libur panjang, serta adanya kendala device yang membuat proses eksekusi film lebih lama dari yang diperkirakan. Untuk menyiasatinya, tim melakukan penggalangan dana secara kreatif melalui pertunjukan musik dan mendapatkan dukungan sponsor dari berbagai pihak seperti Main Look, Ngombe, Maquella Food, Makeupuccino, serta sponsor lainnya.

Dari Identitas ke Finansial: Menemukan Cerita Sukma

Awalnya, tim script writer merancang tema film seputar identitas. Namun, dalam diskusi muncul keresahan soal isu finansial yang lebih dekat dengan realitas mahasiswa. “Akhirnya kita brainstorming kira-kira apa ya tema yang bagus, dan akhirnya muncul tema finansial karena itu krusial banget dan seperti yang kita tau dari beasiswa yang mandet, mahasiswa yang kekurangan finansial dan gak bisa bayar UKT mereka harus buka jasa joki tugas,” ujar Ilmi.

Inspirasi datang saat tim melihat penampilan tari Citra Resmi di Blue Stage yang kemudian dimasukkan ke dalam film. Judul Sangkar Madu sendiri terinspirasi dari lirik lagu “Sabda Alam” karya Ismail Marzuki. “Madu yang berarti perempuan namun terkurung dalam sangkar menjadi simbol ironi perempuan yang akhirnya merujuk pada kenyataan bahwa banyak perempuan masih terkungkung dalam suatu kekuasaan yang biasanya didominasi oleh pria,” ujar Nurul Azizah selaku Asisten Sutradara saat sesi bincang-bincang.

Selain jalan ceritanya, musik dalam film ini juga menjadi daya tarik bagi penonton. Musik yang ditampilkan pada saat ending film merupakan hasil kreasi oleh tim musik dari kelompok film ini sendiri, dengan mengajak Euis Indrawati sebagai penulis lirik, Shafa Fatihah Miraz Utama sebagai pemain biola, dan Kinar Laimaura sebagai vokalis.

Tarian sebagai Simbol Perlawanan

Salah satu kekuatan film ini adalah simbolisme tari. Sukma, yang awalnya menari secara tradisional, pada akhirnya menampilkan tarian kontemporer—sebuah bentuk perlawanan terhadap tekanan yang dihadapinya. Menariknya, Sangkar Madu memiliki ending terbuka ketika Sukma menari tarian kontemporer yang akhirnya memberi ruang interpretasi bagi penonton. 

Ending yang terbuka alias bisa diinterpretasikan seperti apapun karena yang kami sorot adalah bagaimana perempuan melawan kuasa laki-laki, bukan apa yang terjadi ketika perempuan melawan laki-laki. Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan juga bisa melawan, kami tidak menunjukkan bagaimana dampaknya karena semua orang bebas untuk memerdekakan dirinya sendiri tanpa perlu memikirkan konsekuensinya,” ujar Fadhil selaku sutradara.

Harapan Tim dan Produser Pelaksana

Selain untuk memenuhi tugas akhir kelas Proses Kreatif, tim berharap film ini dapat membawa pesan baik kepada kru dan juga penonton.  Kru dari 0207 Production House berharap film ini dapat diikutsertakan dalam event, festival, atau bahkan lomba.

Ilmi selaku produser Sangkar Madu berharap film ini dapat memberikan manfaat bagi para kru seperti kemampuan time management dan menyadari bahwa mempelajari hal baru adalah kegiatan yang menyenangkan. Ia juga berharap bahwa tokoh Sukma dapat menjadi sarana refleksi diri bagi para penonton agar tidak mengambil jalan buruk seperti yang Sukma lakukan dalam film.

“Kalau ada temen-temen yang sampe putus asa dengan keadaan, aku harap mereka gak ngambil jalan itu karena seperti yang kita liat konsekuensinya yang bener-bener gak terbayangkan. Aku harap juga buat temen-temen yang udah nonton, ketika ada temen-temen yang lagi ngerasa kesusahan kalian lebih menjuruskannya kepada hal-hal baik dan dibantu daripada seperti tokoh temennya Sukma itu. Sekedar bercandaan kayak yaudah ini aja, aku harap gak ada temen-temen yang kayak gitu dan lebih ngerangkul temennya,” tutup Ilmi.

Subscribe
Notify of
guest


0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya