Pertunjukan Boneka Bon Puppet: Interaksi dengan Benda Mati

Diyang Wulandari Rusi
857 views
','

' ); } ?>

Suatu pertunjukan dapat memberikan kesan pada setiap orang yang menontonnya dengan menampilkan nilai kehidupan dan estetika di dalamnya.

Sebuah kelompok teater boneka asal Bandung yang didirikan pada tahun 2019, Bon Puppet terbentuk lewat inisiasi beberapa alumni dan mahasiswa jurusan Seni Teater dan Seni Rupa ISBI Bandung. Dalam pertunjukannya, Bon Puppet menyuguhkan konflik keseharian atau hal-hal yang absurd, cerita yang ringan, tetapi penuh akan filosofis hidup, dan dapat dinikmati oleh semua kalangan usia.

Pada 14 – 15 Januari 2022 kemarin, Bon Puppet menampilkan pertunjukan teater boneka bertajuk “BROOM.. BRMM..BRMM..”. Bekerja sama dengan Gelanggang Olah Rasa, pertunjukan ini dilaksanakan di Jl. Bukit Pakar Utara no. 31, Ciburial, Bandung. 

“Broom.. Brmm.. Brmm..” disutradarai oleh Angela Dwi Cahyo dengan ide cerita yang dicetuskan oleh Bon Puppet. Dalam menunjang kebutuhan produksi lainnya, terdapat Riyanti Wisnu sebagai pimpinan produksi dan Farras Simanjuntak sebagai pimpinan panggung, beserta kawan-kawan lainnya yang berperan dalam produksi pertunjukan “BROOM.. BRMM.. BRMM. .”

Fotografer: Diyang Wulandari Rusi

Bercerita tentang sebuah benda yang ada di sekitar kita, sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Sebuah sapu, yang dalam pertunjukan teater boneka Bon Puppet memiliki tujuan ingin dimanfaatkan lebih dari yang sebagaimana kegunaannya, lebih dari sekadar sapu-menyapu. Bagaimana sebuah sapu ingin merasakan pertukaran peran dengan manusia. Sebuah pertunjukan yang dibuat agar manusia memahami sudut pandang dari sebuah benda.

Sebelumnya, pada tahun 2022 pertunjukan “BROOM. . BRMM. . BRMM. .” pernah ditampilkan di 29th International Children Theatre Festival, Subotica, Serbia, dan berhasil memenangkan penghargaan Best Prize Acting / Manipulation Skills,  juga ditampilkan di 8th International Biennale Puppet Festival – Pesta Boneka, Yogyakarta, Indonesia.

Dalam sesi wawancara, Mas Yudis selaku perancang dan pembuat boneka menjelaskan awal mula Bon Puppet terbentuk. “Awalnya, tuh dari projek pribadi untuk tugas akhir, tetapi saya pikir ini ide yang bagus. Sampai akhirnya terbentuklah kelompok teater ini.” Terciptanya Bon Puppet ini juga bermula dari keresahan Mas Yudis akan tidak adanya terobosan yang baru dari jurusan yang ada di kampus. Bon Puppet hadir untuk menaungi semua jurusan seni. Sebuah terobosan yang bermanfaat, berkat Yudis semua jurusan seni yang ada di kampusnya mendapatkan wadah dalam berkreasi dan menciptakan berbagai karya dengan bahan baku sederhana, yaitu kardus. Pemilihan kardus sebagai bahan baku juga menciptakan berbagai manfaat, salah satunya membantu mengurangi sampah di lingkungan.

Selanjutnya, Mas Yudis juga menjelaskan boneka yang telah dibuat dan ditampilkan nantinya akan disimpan sebagai pengarsipan artefak berupa kepala boneka Bon Puppet, untuk bagian tubuh boneka biasanya dibongkar lalu di-kilo untuk dijadikan bahan baku yang nantinya bisa dibentuk kembali menjadi bentuk boneka yang diinginkan.

Tim penyelenggara berharap Bon Puppet bisa menjadi inspirasi untuk kelompok teater boneka lainnya maupun khalayak umum, bermanfaat untuk sekitar, dan lebih solid untuk ke depannya. 

Bon Puppet bisa lebih maju, bisa lebih solid, mungkin bisa menginspirasi lagi terutama di Bandung, beberapa kali aku belum pernah denger ada yang teater boneka, terus yang mencoba untuk menghadirkan teater boneka, makin banyak lagi kelompok-kelompok boneka lain karena di Yogya sudah ada kelompok boneka juga yang namanya Paper Moon, di Jakarta pun kelompok teater boneka baru mulai juga, udah dengar beberapa ada yang mau bikin kelompok teater boneka juga ya mungkin lebih semangat lagi aja,” ucap salah satu tim penyelenggara, Angel Dwi Cahyo sebagai sutradara Bon Puppet.

Semakin modern suatu era tidak jarang membuat budaya kesenian di Indonesia terlupakan. Dibutuhkan suatu organisasi atau wadah untuk menaungi ide dan inspirasi dari khalayak umum, terutama anak muda Indonesia. Berkarya tanpa batas menggunakan materi yang ada, terutama bahan bekas merupakan hal sederhana nan mahal yang dapat dilakukan dalam menjaga budaya kesenian negara tercinta. Sebuah karya dapat membawa kita lebih menikmati keindahan suatu karya dengan memahami nilai kehidupan di dalamnya. Semoga dengan adanya teater boneka Bon Puppet dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dan lebih menghargai semua ciptaan Tuhan, baik benda mati maupun benda hidup. 

Referensi :   

Press Release  “Broom.. Brmm.. Brmm..” dari Bon Puppet

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran