Bandung, Pena Budaya— Pada Sabtu (1/5) telah berlangsung aksi memperingati Hari Buruh Internasional atau biasa disebut dengan istilah May Day di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.
“Dalam peringatan May Day tahun ini, setidaknya terdapat tiga fokus tuntutan dari buruh. Pertama, batalkan UU Cipta Kerja Omnibus Law dan turunannya. Kedua, jangan sampai ada Tunjangan Hari Raya (THR) yang dicicil, dan yang terakhir, mengecam perusahaan yang memutus kerja buruh dengan dalih pandemi,” ujar Slamet Priyanto, Ketua Federasi Persatuan Perjuangan Buruh Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (FPPB KASBI) Bandung Raya.
Dalam aksi yang diikuti sekitar 350 massa itu, Slamet Priyanto berharap pemerintah sama-sama memperingati May Day dan jangan hanya mendengarkan tuntutan buruh saja, tapi harus merealisasikannya, terlebih soal perusahaan-perusahaan yang malah menyicil THR kepada buruh.
Aksi diakhiri dengan membakar replika UU Cipta Kerja Omnibus Law yang berbahan dasar kardus karton sebagai bentuk representasi kemarahan buruh terhadap undang-undang yang menyengsarakan buruh.
Ragam poros gerakan
Selain buruh, dalam aksi tersebut turut hadir mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk mahasiswa dari Unpad. Berbeda dari aksi-aksi sebelumnya, pada peringatan May Day kali ini, mahasiswa Unpad seakan-akan terbagi menjadi ke beberapa poros gerakan.
Di mana terdapat poros yang terdiri dari BEM FISIP Unpad, BEM KMFP Unpad, BEM Kema FPIK Unpad, dan BEM Kema FAPET Unpad yang melakukan long march dari Monumen Perjuangan (Monju) dan bergerak bersama Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI).
Sedangkan, BEM Kema Unpad sendiri bergerak bersama Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan tidak melakukan long march.
Ketua BEM FISIP Unpad, Virdian Aurellio mengatakan bahwa perbedaan tersebut dikarenakan ketidakseriusan BEM Kema Unpad dalam mengawal May Day dan adanya miskoordinasi antara BEM Fakultas dengan BEM Kema Unpad.
“BEM Kema Unpad baru membuka komunikasi tentang May Day tiga sampai lima hari yang lalu. Sedangkan BEM FISIP Unpad sendiri sudah membuka obrolan dengan KASBI dari bulan yang lalu. Hal ini dilakukan karena menurut BEM FISIP Unpad, May Day adalah hari yang penting bagi buruh dan mahasiswa yang akan menjadi calon buruh. Oleh karena itu, BEM FISIP lebih memilih bergerak bersama KASBI karena tuntutan mereka lebih jelas dan rinci ketimbang KSPSI,” ujar Virdian Aurellio atau yang akrab disapa Iyang.
Menurut Iyang, terdapat 4 tuntutan yang menjadi fokus utama BEM FISIP Unpad dari 11 tuntutan buruh. Pertama, mendesak THR tidak dicicil dan diberikan secara adil tanpa memandang agamanya. Kedua, menuntut supaya UMR adil secara proposional. Ketiga, pembatalan UU Cipta Kerja Omnibus Law beserta turunannya, yang menyengsarakan dan tidak partisipatif. Keempat, menolak dan ingin menuntaskan kekerasan seksual di lingkungan buruh atau kerja lainnya yang entah mengarah ke RUU PKS atau tanggung jawab perusahan masing-masing setiap buruhnya.
Senada dengan BEM FISIP Unpad, Kepala Bidang Sosial dan Politik BEM KMFP Unpad, Danies Muhammad Saputra mengatakan bahwa BEM KMFP Unpad bersama BEM Kema FAPET Unpad dan BEM Kema FPIK Unpad, lebih memilih bergerak bersama KASBI ketimbang bergerak bersama BEM Kema Unpad dan KSPSI.
“Lambannya komunikasi dari BEM Kema Unpad untuk bisa menginisiasi dan mengorkestrasikan fakultas untuk sama-sama bisa turun aksi ke jalan. Disaat kita sudah bersama KASBI, baru BEM Kema ngajak untuk aksi bareng. Jadi momentumnya nggak pas,” tegas Danies Muhammad Saputra.
Berbeda dari dua poros gerakan yang terjadi di Bandung, BEM FH Unpad memilih bergerak di Jakarta bersama BEM FH UI, BEM UI, BEM Undip, dan BEM FH UGM untuk bergabung dengan Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK).
“Secara umum, sebenarnya sebagai bentuk aksi solidaritas aja, sih. Dan secara historis, kita udah ngebentuk poros bareng sama BEM FH UI, Undip, dan UGM, jadi soal penyikapan dan aksi selalu satu visi dengan mereka. Selain itu, poros BEM FH ini juga sejalan dengan aliansi GEBRAK soal nasib buruh terutama di bagian upah buruh. Ditambah kita udah ngadain komunikasi sama mereka jauh sebelum BEM Kema ngadain forkom, jadi kami putuskan bergerak di Jakarta,” kata Rifqi Hariri, Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM FH Unpad.
Ketidakhadiran BEM Gama FIB
Dari rumpun humaniora, hanya BEM FISIP Unpad dan BEM FH Unpad saja yang melakukan aksi memperingati May Day pada hari Sabtu kemarin (1/5), BEM rumpun humaniora lainnya tidak melakukan aksi baik itu di Gedung Sate maupun di Jakarta, termasuk BEM Gama FIB.
Rizki Ramadhan, selaku Ketua BEM Gama FIB mengatakan ketidakhadiran BEM Gama FIB dikarenakan adanya regulasi yang membatasi, jarak dan keamanan massa aksi dari Gama FIB itu sendiri.
“BEM Gama FIB memaknai dan merayakan momen May Day adalah sebagai hal yang berkelanjutan, karena dalam memperjuangkan kawan-kawan buruh tidak hanya pada May Day, tapi setiap saat. Dalam memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan bagi buruh, kami melihat ada banyak cara untuk memperjuangkan hal tersebut. Terutama dengan kemajuan teknologi dan informasi media sosial kini bisa menjadi jawaban kita untuk melakukan aktivisme di tengah pandemi,” tegas Rizki Ramadhan.
Dalam memperingati May Day tahun ini, BEM Gama FIB lebih memilih memberikan konten-konten propaganda dan edukasi di Instagram BEM Gama FIB.
“Hal ini kami lihat sebagai langkah taktis dalam memperjuangkan hak-hak buruh yang harus dimulai dengan pemahaman dan tujuan yang jelas. Semoga dengan adanya konten tersebut dapat menumbuhkan semangat partisipasi Gama FIB serta memberikan warna pergerakan bagi kaum buruh. Selain itu kami juga berharap momen simbolis seperti May Day ini menjadikan kita lebih empati dalam masalah buruh yang selalu ada setiap harinya,” pungkasnya.
Respons BEM Kema Unpad
Menanggapi perbedaan gerakan tersebut, Ketua BEM Kema Unpad, Rizky Maulana menganggap hal tersebut bukanlah persoalan yang perlu dikhawatirkan, karena pada prinsipnya, mahasiswa Unpad dalam aksi ini sama-sama menuntut untuk membatalkan UU Cipta Kerja Omnibus Law.
“Dari BEM Kema Unpad sendiri telah membuat forum bersama dengan BEM Fakultas, dan dari forum tersebut ternyata sudah ada beberapa BEM Fakultas yang sudah intens berkomunikasi dengan KASBI. BEM Kema Unpad sendiri sudah berkomunikasi dengan KASBI, tapi lebih intens dengan KSPSI,” ujar Rizky Maulana atau yang biasa disapa Kang Cul ketika diwawancarai Pena Budaya saat aksi May Day sedang berlangsung di Gedung Sate (1/5).
BEM Kema Unpad sendiri membawa 4 tuntutan dari KSPSI. Pertama, cabut UU Cipta Kerja Omnibus Law dan turunannya. Kedua, menuntut bayar THR secara full tanpa memandang status apa pun. Ketiga, meminta Gubernur untuk keluarkan SK UMSK. Keempat, usut dugaan korupsi.
Selain perbedaan titik kumpul dan afiliasi dengan buruh, perbedaan juga terlihat dari fokus tuntutan kedua belah pihak. Di mana BEM Kema Unpad tidak memfokuskan tuntutan kekerasan seksual sebagaimana BEM FISIP dan BEM Fakultas lain tuntut.
“Afiliasinya beda, BEM Kema Unpad lebih fokus untuk mencabut UU Cipta Kerja Omnibus Law” tegas Sajid Rahmallah selaku Kepala Departemen Propaganda dan Aksi BEM Kema Unpad sekaligus Koordinator Lapangan BEM Kema Unpad saat aksi May Day kemarin (1/5).
Editor: Tim Redaksi
Reporter: Ananda Bintang & Raihan Hasya
Foto: Ilyansyah Nashrul/Parasastra