Apa yang pertama kali terlintas di benak kalian saat mendengar kata ‘perpustakaan’? Ruangan yang dipenuhi jejeran rak berisi beragam jenis buku dengan imbauan “dilarang berisik” tertempel di dindingnya? Terlepas dari bayangan perpustakaan yang terkesan kaku dan membosankan, di Unpad, ada komunitas yang membuat perpustakaan dengan konsep yang cukup unik. Bagi kalian yang pernah melihat jejeran buku yang digelar di sekitar Brooklyn Unpad mungkin kenal dengan Perpustakaan Jalanan yang dipelopori oleh Komunitas Rumah Konflik.
Pada Selasa, 13 September 2016 lalu, Rumah Konflik kembali menggelar Perpustakaan Jalanan yang kali ini bertempat di Fakultas MIPA Unpad. Pada kesempatan itu, Pena Budaya ikut berbincang-bincang dengan para anggota Rumah Konflik. Untuk kamu yang penasaran dan ingin kenal lebih dekat dengan komunitas ini, yuk, simak rangkuman perbincangan Pena Budaya dengan Rumah Konflik!
***
Bagi warga FIB, nama Rumah Konflik mungkin masih terdengar asing, mungkin masih banyak pula yang belum mengenal salah satu komunitas yang ada di Unpad ini. Rumah Konflik adalah komunitas independen yang lahir dari kegemaran anggotanya untuk beropini mengenai beragam problema keseharian. Mulanya, Nur Arief Novian Abidin (FISIP), Andika Abdul Basith (FISIP), Deden Risky Aditya Dinar (FISIP), Arvin A. Farisan (FISIP), Muhammad Fadhullah Al-Kilmani (FIB), dan Saiful Islam Robbani (Farmasi) membentuk Komunitas Rumah Konflik karena kegemaran mereka dalam berdiskusi. Latar belakang yang berbeda membuat topik yang didiskusikan para anggota Rumah Konflik pun beragam, mulai dari politik, sastra, budaya, isu-isu yang ada di sekitar kampus, atau isu-isu santai yang ada di sekeliling mereka.
Selain diskusi, Rumah Konflik juga gencar menyuarakan pentingnya budaya literasi di kalangan mahasiwa, salah satunya dengan membuat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan buku dan membaca, seperti Perpustakaan Jalanan dan Buku Bercerita.
Perpustakaan Jalanan adalah sebuah kegiatan sederhana yang memudahkan mahasiswa-mahasiswi Unpad dalam bertukar informasi mengenai buku. Biasanya, lapak-lapak buku dari Perpustakaan Jalanan digelar di sekitar Brooklyn Unpad setiap satu minggu atau dua minggu sekali. Namun, saat ini, Rumah Konflik memiliki inovasi baru dengan menggelar Perpustakaan Jalanan di fakultas-fakultas yang ada di Unpad.
Kalau kamu ingin meminjam buku-buku yang ada di Perpustakaan Jalanan ini, kamu bisa cek katalog buku mereka di official account Line Rumah Konflik. Tidak harus menjadi anggota, kamu bebas meminjam buku yang ada di Perpustakaan Jalanan hanya dengan menyerahkan sebuah puisi sebagai bayarannya.
Selain Perpustakaan Jalanan, Rumah Konflik juga membuat kegiatan Buku Bercerita yang diselenggarakan setiap hari Kamis di Arboretum Unpad. Buku Bercerita adalah kegiatan membaca buku bersama sekaligus mendiskusikan isi buku yang telah dibaca. Kalian bisa membawa buku sendiri atau memilih buku yang disediakan oleh Rumah Konflik yang kemudian akan didiskusikan bersama.
Selain kegiatan-kegiatan rutin tersebut, pada peringatan Hari Buku Sedunia bulan April lalu, Rumah Konflik bekerja sama dengan Perpustakaan Batu Api mengadakan acara Diskusi Film Dokumenter The Love of Books: A Sarajevo Story di Saung Budaya Sunda, Jatinangor.
Tak hanya membuat acara-acara yang berkaitan dengan budaya literasi, Rumah Konflik juga pernah mengadakan kegiatan sosial. Pada peringatan Hari Buruh di bulan Mei lalu, Rumah Konflik mengunjungi Rumah Cinta, sebuah rumah singgah bagi penderita kanker yang terletak di belakang R.S. Hasan Sadikin, Bandung.
Kegiatan rutin sudah, acara sudah, lalu apa lagi yang biasa dilakukan Komunitas Rumah Konflik? Menulis. Ya, anggota Komunitas Rumah Konflik biasa membuat tulisan-tulisan di lini masa mereka. Ada tulisan yang mengamati realitas kampus, ada yang mengamati realitas global, ada pula tulisan-tulisan yang sekadar candaan. Tulisan-tulisan tersebut menjadi sarana dalam menyalurkan hobi serta mengekspresikan keresahan terhadap problematika yang ada di sekitar mereka.
Meskipun terlihat sederhana, namun kegiatan-kegiatan positif yang digagas Rumah Konflik setidaknya dapat menjadi pemicu bagi mahasiswa-mahasiswi Unpad, atau bahkan luar Unpad untuk aktif menyuarakan keresahan-keresahannya, untuk sama-sama belajar dalam banyak hal, serta menumbuhkan budaya-budaya intelektual di lingkungan kampus.
“Rumah Konflik bisa menjadi pilihan alternatif ketika mahasiswa bosan dengan kegiatan intra dan ekstra kampus, kami juga ingin menumbuhkan kembali budaya literasi di kalangan mahasiswa sendiri,” ujar Nur Arief Novian Abidin, salah satu penggagas Rumah Konflik saat ditanya tujuan dibentuknya Komunitas Rumah Konflik ini.
Nah, gimana? Tertarik bergabung dengan Komunitas Rumah Konflik? Tertarik untuk sama-sama mengembangkan budaya literasi bersama Rumah Konflik? Atau tertarik untuk sekadar berdiskusi santai dengan Rumah Konflik? Kalian bisa langsung menghubungi akun line Rumah Konflik di @kxa3417u untuk tanya-tanya lebih jauh tentang komunitas dengan segudang kegiatan positif ini.(ULH)