Jatinangor – (21/11) seiring bergulirnya pemilu untuk menentukan presiden mahasiswa di unpad berhembus isu bahwa salah satu calon disokong oleh kekuatan baik material maupun finansial dari sebuah partai politik. Terlepas dari benar atau tidaknya isu tersebut, kita bisa melihat bahwa mahasiswa mulai kehilangan independensinya. Mahasiswa yang tugasnya menjadi pelindung rakyat, jika kehilangan independensinya, bagaimana bisa tetap menjadi pelindung rakyat sementara kepentingan rakyat dikorbankan untuk kepentingan partai politik.
Analoginya seperti ini, jika mahasiswa sudah ditunggangi oleh kepentingan partai, misalnya partai yang menunggangi “kesatuan-kesatuan” atau “gerakan-gerakan” mahasiswa, jika partai yang menaungi kesatuan A berkuasa maka gerakan B akan menjadi oposisi begitu juga jika gerakan B berkuasa maka kesatuan A akan menjadi oposisi. Sehingga tidak ada objektivitas didalam oposisi.
Satu bukti bahwa mahasiswa sudah kehilangan indepensinya adalah ketika demo mengevaluasi 1 tahun pemerintahan presiden Jokowi kemarin, diakui dari mahasiswa Unpad bahwa mereka yang ikut berdemo mendapat sejumlah uang dari sebuah partai politik yang selama ini di duga menyokong kesatuan – kesatuan mahasiswa. Sudah seharusnya mahasiswa kembali pada tri dharma perguruan tinggi dan bersikap independen, yaitu memperjuangkan hak rakyat bukan memperjuangkan hak partai politik yang terkadang justru menjadikan rakyat sebagai tameng hidup atas kepentingan pribadi. (Ilmu Sejarah 2012)