Sebuah Pilihan #1
Seutas nyawa kini mendekam dalam rahim
Antara menyentuh tawa atau menyentuh mati
Sekumpulan tanda-tanda mulai menyentuh kami
Antara melihat dunia kami atau melingkar dalam dunia-nya sendiri.
Sebuah Pilihan #2
Kedua sosok hadir dalam tatapan suci
Entah mereka akan lari atau mendekap kami
Sedang kami merangkak dalam ruang-ruang sepi
Tanpa-tanda, dan tanpa tanya yang berarti
Kenyataannya, kami sudah lama mati.
Sudah Lama Mati
Pertikaian enggan kami gelar dalam ruangan ini
Namun, isakan-isakan nyeri kami, tak kuasa lagi sembunyi
Kata “mengerti” sudah tak lagi kami pahami
Berkacak pinggang, mengkhianati janji, dan mengingkari mimpi yang pernah kami bangun hati-hati
Kini, ikatan hati kami sudah mati.
Sudah Lama Pergi
Susah payah aku mencari
Sedang kamu berlari ke sana kemari
Tergopoh-gopoh aku kemari, berharap hadirmu mungkin kembali
Barangkali engkau tersesat dalam perjalanan pulang
Aku mencarimu dalam dapur, lemari, dinding, hingga kamar mandi, kamu tetap hilang, tak kembali.
Sekumpulan Angin yang Meringkuk
Wangimu lenyap dari hirupku yang sesak
Perlahan-lahan aku serap namamu dalam nafasku
Barangkali kamu menumpang pada angin yang meringkuk
Barangkali masih tersisa barang-barangmu dibalik bingkai yang mulai berdebu
Kucari kamu, dalam sela-sela jendela
Namun, hari sudah malam, tiraiku sudah waktunya tertutup kembali.