Perempuan dan Kapitalisme: Serum Payudara sebagai Perangkap Insecurity

Zenita Syifa Aulia
70 views
','

' ); } ?>

Pada zaman modern ini, tekanan untuk menjadi sempurna tanpa celah bagaikan penghargaan yang ingin dicapai semua orang. Melalui jejaring sosial, mata selalu disuguhkan dengan ilusi kesempurnaan tanpa celah. Kelompok rentan seperti perempuan sering menjadi sasaran empuk dalam ilusi kesempurnaan ini. Di kehidupan sosial maupun dunia maya perempuan akan selalu dituntun cantik, murni serta menawan bagaikan Aphrodite. Tekanan dari sosial lalu ditambah dengan pengaruh media sosial menekan perempuan agar selalu terlihat sempurna di mata publik sehingga mereka berpikir bahwa harus hidup tanpa cacat untuk diterima di masyarakat.

Pola pikir tersebut membuat perempuan selalu merasa kurang dan berakhir lupa dengan jati dirinya. Diri yang semestinya dipahami sebagai seorang individu berubah menjadi objek, layaknya boneka yang perlu dipermak sana sini. Jika kurang menarik maka tidak dianggap, tetapi jika cantik dan menawan akan mendapat pujian. Kalimat seperti “Kok perempuan tapi..”, “Ih kamu kan cewe harusnya gini..” dan berbagai kalimat serupa yang bertujuan untuk memberikan rasa kurang dalam diri perempuan. Mirisnya lagi, terkadang kalimat ini bisa datang dari mulut sesama perempuan. Beberapa oknum perempuan justru turut menyebarkan propaganda kepada sesamanya bahwa tubuh mereka haruslah sempurna agar dilirik lelaki.

Propaganda ini menyerang segala bagian tubuh perempuan, dari rambut hingga mata kaki. Lebih parahnya lagi, sekarang payudara perempuan menjadi sasaran empuk bagi bisnis kapitalisme. Payudara perempuan yang menjadi sumber penghidupan si kecil malah direduksi menjadi penghargaan atau objek untuk memuaskan mata laki-laki. Payudara yang menjadi bagian dari diri perempuan, kini justru dianggap sebagai aksesoris seksual. Ketika dianggap kurang menarik, bagian tubuh tersebut seolah perlu dimodifikasi untuk memuaskan preferensi oknum tertentu. Semenjak itu, perempuan terdorong untuk mengubah bentuk dari payudaranya. Hal ini terbukti apabila mencari kata kunci “pembesar payudara” di website Google Trends maka akan didapatkan data sebagai berikut:

Data yang ditunjukan oleh Google Trends menunjukan bahwa puncak minat masyarakat dalam mencari hal yang berhubungan dengan kata kunci “Pembesar Payudara” terjadi pada 1 April 2020 lalu mengalami penurunan pada 1 Januari 2022. Pencarian kata kunci tersebut dominan berasal dari Kalimantan Selatan di posisi pertama, lalu disusul Jawa Tengah di posisi kedua, kemudian dilanjut dengan Jawa Timur, Aceh, dan Kalimantan Tengah. Kueri terkait dengan kata kunci “Pembesar Payudara” adalah “10 produk pembesar payudara yang terdaftar di BPOM”, “sisty pembesar payudara”, “serum pembesar payudara yang aman dan BPOM”, “Jamu pembesar payudara paling cepat dan ampuh”, dan “twin up serum pembesar payudara”. Apabila ditelaah kembali, tahun 2020 menjadi puncak frekuensi pencarian masyarakat terhadap kata kunci ‘pembesar payudara’ di Google. Tahun 2020 tersebut juga merupakan era puncak aktivitas digital akibat pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat untuk membatasi berinteraksi sosial secara tatap muka. Maraknya penggunaan media sosial saat itu dapat menjadi salah satu faktor meningkatnya pencarian tersebut. Fakta lainnya, diungkapkan APJII bahwa perempuan menyumbang 49,1% dalam penetrasi internet di Indonesia. Sementara itu, laporan Hootsuite (We Are Social) menujukan bahwa Instagram–salah satu media sosial yang sangat populer di Indonesia–didominasi perempuan dengan persentase 50,8%

Melihat hal tersebut, kapitalisme memanfaatkan momentum ini dengan meluncurkan berbagai produk yang digadang-gadang dapat mengubah bentuk payudara menjadi lebih bervolume dan kencang. Perusahaan produk kecantikan memanfaatkan pengaruh influencer media sosial untuk mempromosikan produknya. Melalui sosok influencer yang memiliki kecantikan yang diidamkan, beberapa perempuan masuk ke dalam perangkap produk kapitalisme. Kalimat “cantik tak harus mahal” menjadi slogan yang sering dilontarkan agar korban percaya bahwa produk berharga murah pun dapat membuat payudara tampak lebih besar dan kencang. Salah satu produk yang sedang menjadi tren saat ini adalah serum payudara. Serum seperti ini diklaim menawarkan efek mengencangkan, mencerahkan, dan memberi volume payudara. Faktanya, ukuran payudara tidak dapat diubah menggunakan produk semacam itu karena faktor yang memengaruhi bentuk payudara sangat kompleks. Meskipun proses terbentuknya payudara melalui mekanisme yang sama namun perbedaan asupan nutrisi dari setiap individu sangat berpengaruh dalam pembentukannya. Menurut dr. Arina Heidyana, nutrisi adalah faktor yang dapat memengaruhi ukuran payudara wanita. Menurutnya, bila asupan nutrisi baik, pertumbuhan tubuh juga pasti akan baik. Selain itu faktor lain seperti berat badan, genetika, usia, kehamilan, dan olahraga turut memengaruhi perbedaan ukuran payudara.

Meskipun begitu, tubuh perempuan akan tetap selalu indah, bagaimanapun bentuknya, asal kita bisa mulai mencintai diri kita terlebih dahulu sebagai seorang perempuan. Seorang perempuan yang terlahir dari rahim perempuan dan tumbuh dengan identitas perempuan. Mulailah mencari lingkungan yang menghargai dirimu sebagai perempuan, bukan lingkungan yang berusaha menarik jati dirimu. Sebab pada dasarnya, semua makhluk Tuhan itu sempurna dan berharga tanpa perlu dipaksa untuk memenuhi standar yang diluar nalar.

Referensi

Riyanto, A. D. (2020). Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2020. Diakses pada 19 April 2025, dari https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/ 

APJII. (2024). APJII Jumlah Pengguna Internet Indonesia Tembus 221 Juta Orang. Diakses pada 19 April 2025, dari https://apjii.or.id/berita/d/apjii-jumlah-pengguna-internet-indonesia-tembus-221-juta-orang 

Lestari, T. Y. (2021). Berbagai Faktor yang Menentukan Ukuran Payudara Wanita. Diakses pada 19 April 2025, dari https://www.klikdokter.com/gaya-hidup/perawatan-wanita/berbagai-faktor-yang-menentukan-ukuran-payudara-wanita?srsltid=AfmBOoqtf6oUANy1FGm28cEP5QTym5MSwmOUS1e_cB2eNpPetPE5KPpg 

Bhatia. S. (2024). Do Breast Enlargement Creams and Pills Really Work? Read Expert Advice First. Diakses pada 19 April 2025, dari https://www.vanitycosmeticclinic.com/blogs/ditch-the-creams-safe-breast-enlargement/ 

Subscribe
Notify of
guest


0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya