“Hah? Masuk Sastra? Mau jadi apa?”, “Masuk Sastra Rusia mau jadi komunis?”, “Masuk Sastra Arab biar ngerti Al-Qur’an?”, “Orang Indonesia kok masuk Sastra Indonesia? Ngapain?”, dan berbagai pertanyaan mengenai “masuk sastra” lainnya~
Tidak bisa dipungkiri, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya pastilah pernah mendengar pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Jajaran pengurus Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia, atau yang lebih akrab disapa HIMARUS, menangkis pertanyaan yang bahkan menjadi jargon dalam pelesetan lagu para mahasiswa sastra, “Kuliah Sastra lulus jadi apa?”.
Pada Sabtu lalu (07/06), HIMARUS melangsungkan Talkshow Keprofesian berjudul “Kuliah Sastra Lulus Jadi Apa?” melalui platform Youtube-nya. Dalam rangkaian acaranya, HIMARUS menggelar talkshow selama dua hari berturut-turut dengan berbagai bahasan bidang profesi yang beragam.
Terdapat enam bidang yang dibahas, yaitu bidang militer, bidang keuangan, bidang pemerintahan, bidang jurnalistik, bidang pariwisata, dan bidang wirausaha. Talkshow Keprofesian ini juga dimeriahkan oleh para alumni program studi Sastra Rusia yang sekaligus menjadi narasumber dalam acara tersebut.
Menurut Anastasia, ketua pelaksana Talkshow Keprofesian HIMARUS, acara ini diselenggarakan sebagai pelaksanaan program kerja HIMARUS, tepatnya di bawah tanggung jawab Departemen Hubungan Masyarakat. Anastasia mengaku, di tengah pandemi ini, sulit terpikirkan oleh ia dan rekan-rekannya mengenai bahasan yang akan ditampilkan.
“Namun, para alumni yang aktif membantu turut memberikan ide dalam acara tersebut. Berkatnya, ide-ide baru pun muncul dan akhirnya kami setuju berkolaborasi bersama mereka untuk membahas masalah profesi mahasiswa lulusan program studi Sastra,” ujarnya.
Sebelum melangsungkan acara talkshow ini, melalui akun Instagram resminya, @himarusunpad memublikasikan video ajakan dan pernyataan terhadap profesi para alumninya. Berbagai profesi disebutkan untuk menangkis pertanyaan “Kuliah Sastra lulus jadi apa?”.
Tak hanya lewat video, lulusan program Sastra yang dapat bekerja di berbagai bidang, baik berkaitan dengan sastra maupun tidak, turut dibahas di dalam talkshow.
Menurut Kepala Subdirektorat Berita, Direktorat Informasi dan Media, Direktorat Jendral Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Arif R. Bakhtiar, S.S., profesi dalam Kementerian Luar Negeri bisa menjadi salah satu contoh profesi lulusan Sastra yang masih berhubungan dengan bidang yang dipelajari.
Pendapat lain disampaikan oleh Lettu Laut (KH), Rifqi Isqandar M., S.S.. Berdasarkan pekerjaan yang tengah ia jalani, menurutnya, program studi sastra bukanlah hal yang mematok masa depan para pelajarnya.
Kepala Divisi Acara Talkshow Keprofesian, Vada, mengatakan, “Narasumbernya benar-benar sangat cocok, mendukung dalam tema, dan motivasional. Maka dari itu, kami yakin persiapan yang telah kami lakukan benar-benar sudah matang.”
Saat acara berlangsung, banyak penonton yang antusias untuk memberikan pertanyaan terkait topik yang dibicarakan. Para narasumber pun dengan sepenuh hati memberikan wejangan-wejangan kepada mereka.
Narasumber yang hadir turut menceritakan awal mula mereka berkuliah, susah-senangnya belajar dalam bidang sastra, serta perjalanan mereka saat menempuh karirnya setelah lulus dari masa perkulihan.
Abyan, ketua Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia, merasa sangat berterima kasih kepada para alumni yang ikut berperan dalam rangkaian acara talkshow. Ia juga mengaku begitu senang dengan respon dan antusias para penonton yang sudah menyempatkan waktunya untuk menonton acara ini.
“Semoga penyampaian dari para narasumber tersampaikan dengan baik, para penonton yang hadir juga bisa termotivasi, dan kesan “kuliah sastra lulus jadi apa” akan terjawab dengan sedemikian rupa,” pungkasnya. (Blu/Zai)