Teater Keliling : “JANGAN SEKALI-KALI MELUPAKAN SEJARAH”

Redaksi Pena Budaya
720 views
','

' ); } ?>
20160425_163743

Kor, Komer dan Pety ketika berlibur ke Pulau Jawa (Foto: Intan Setyawati)

Jatinangor – (25/04) Teater Keliling berkolaborasi dengan Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film (GSSTF) menggelar sebuah pementasan teater “Jas Merah di Pulau Jawa” yang bertempat di Aula PSBJ, FIB, Unpad. Acara ini merupakan salah satu rangkaian tour mereka di berbagai kota di pulau Jawa. Teater keliling adalah grup teater Indonesia yang konsisten berkarya sejak 13 Februari 1974. Grup teater ini memiliki fokus utama dalam dunia pendidikan karakter bangsa, pembentukan mental, dan emosi dengan misi besarnya untuk terus membawa nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap pementasan.

Pukul 16.00 penonton sudah memadati Aula PSBJ, acara berlangsung tak lama setelahnya dengan dibuka oleh penampilan dari Simfoni Tengah Malam yang menyanyikan tiga buah lagu. Dilanjutkan dengan penampilan musikalisasi puisi dari GSSTF yang menarik perhatian dengan aksinya membacakan puisi di tengah-tengah penonton sambil bersahut-sahutan dan membawa sebuah lampu. Setelah itu, penampilan teater pun dimulai dengan obrolan-obrolan ringan antara penonton dan aktor.

Pementasan Jas Merah ini menceritakan kisah tiga orang sahabat yang memutuskan untuk reuni setelah 15 tahun berpisah. Mereka berlibur ke Pulau Jawa. Masing-masing memiliki gaya hidup yang berbeda. Komer terbiasa dengan kehidupan glamor yang konsumtif, Paty sangat aktif mengkritik pemerintah, sementara Kor sangat menikmati kehidupan kaya rayanya dari hasil korupsi. Pada liburan itu, terjadi sesuatu yang aneh tapi ajaib. Tiba-tiba mereka didatangi oleh tiga pahlawan Indonesia dari Pulau Jawa yaitu Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika dan Ir. Soekarno. Ketiga tokoh pahlawan tersebut datang untuk mempertanyakan arti pengorbanan di masa merdeka kepada ketiga anak muda tersebut. Mereka memperlihatkan sebuah gambaran pahit penderitaan Ibu Pertiwi yang dikoyak oleh mental-mental penerus bangsa.

Selain interaktif, hal menarik lain dari pementesan teater ini adalah temanya yang mengusung nasionalisme sebagai alternatif lain pembelajaran untuk generasi penerus bangsa agar terus mengingat sejarah Indonesia. “Dengan pertunjukan teater ini, saya harap masyarakat, khususnya generasi muda mau belajar dan mengingat kembali sejarah yang Indonesia miliki,” ungkap sang sutradara, Rudolf Puspa yang mengaku resah akan kondisi masyarakat Indonesia yang makin kehilangan rasa nasionalismenya.

Antusiasme penonton terlihat dari riuhnya tepuk tangan di akhir pementasan teater. Salah satu penonton, Ibu Fitri, berpendapat, “teater ini menarik, sebagai bentuk lain untuk membangkitkan rasa nasionalisme para pemuda khususnya”. Setelah pertunjukan selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab mengenai teater Jas Merah ini.

Pertunjukan teater Jas Merah memberikan pelajaran bagi generasi muda bahwa perjuangan bangsa Indonesia tidaklah mudah, serta harus melalui proses yang panjang dan sulit. Untuk itu, kita sebagai generasi yang merasakan buah manis perjuangan pahlawan di masa lalu harus menghargai dan tidak melupakan jasa-jasa mereka. Terus melanjutkan perjuangan mereka adalah sebuah kewajiban bagi kita, karena meskipun telah merdeka, perjuangan tidak pernah berakhir. (Mbul/Ica)

Subscribe
Notify of
guest

0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Artikel Lainnya

Inspirasi Budaya Padjadjaran