Mulai semester ini, KKN (Kuliah Kerja Nyata)—yang seharusnya dimulai setelah pekan UTS—diundur sampai batas waktu yang tidak ditentukan karena pandemi Covid-19 dan mengakibatkan kegiatan kampus tertunda.
Pupus harapan mahasiswa yang telah mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan KKN semester ini. “Udahlah, batalin aja KKN semester ini!”, “KKN auto A ajalah!”, “Percuma gua daftar KKN, woi!” Begitulah teriakan mereka.
Sayangnya, Unpad tetap melaksanakan KKN di semester ini dengan sistem yang terbilang masih baru. Sebut saja KKN Virtual. Ada yang mengira sistem KKN Virtual akan seperti bermain Harvest Moon atau Animal Crossing bersama teman-teman sekelompok dan dosen pembimbing.
Ada juga yang benar-benar tidak memiliki bayangan sama sekali. Akan tetapi, perkiraan tersebut salah total! Inilah KKN Virtual yang sebenarnya.
Pertama, pertemuan tatap muka bersama dosen pembimbing dilaksanakan setiap pekan secara daring, baik melalui Zoom atau Google Meet. Selama pertemuan, kami—sebagai mahasiswa—membahas kegiatan yang telah dilakukan dan rencana selanjutnya.
Mulai dari observasi wilayah, perencanaan pelatihan, hingga penulisan laporan akhir. Sambil mempertanyakan apakah output yang dihasilkan sudah sesuai dengan yang diharapkan Unpad.
Kedua, mahasiswa dan dosen pembimbing dikenalkan pada Trello, aplikasi (yang katanya) rekomendasi dari Unpad untuk melaksanakan kegiatan KKN Virtual. Bagi mahasiswa, aplikasi inilah yang membuat kami tertekan, karena Unpad meminta kami untuk mengisi Trello setiap hari sebagai absen.
Agar permintaan tersebut terpenuhi, kami mencari bahan yang kira-kira bisa dimasukkan ke dalam Trello. Dari observasi wilayah, perencanaan pelatihan, hingga penulisan laporan akhir. Meskipun begitu, masih juga ada beberapa kelompok yang tidak mengisi absen di Trello setiap hari.
Ketiga, maksud dari KKN Virtual itu sendiri. KKN semester ini seharusnya dilaksanakan di tempat tinggal mahasiswa maupun dosen pembimbing masing-masing, serta tidak berpergian ke mana-mana.
Namun, ada beberapa kelompok yang masih mengunjungi desa dan berkumpul dengan jumlah lebih dari lima orang tanpa tahu mereka telah melaksanakan protokol kesehatan atau belum.
Hingga sekarang, belum satu pun cerita tersebar mengenai Unpad yang memberikan teguran dan tindakan tegas kepada kelompok-kelompok yang mengunjungi desa dan berkumpul dalam jumlah besar.
Keempat, mulai semester ini, pelatihan KKN diganti dengan kegiatan webinar. Sebagian besar kelompok menyebarkan undangan kegiatan webinar di setiap media sosial dengan jaminan materi-materi yang disampaikan menarik dan bisa menambah pengetahuan.
Bahkan, agar memancing banyak orang untuk mendaftar, beberapa webinar memberikan doorprize berupa saldo GoPay atau OVO.
Tidak lupa, mereka juga mengundang keluarga, teman, maupun warga sekitar tempat tinggal. Padahal, belum tentu semua peserta webinar memahami materi-materi yang hendak disampaikan.
Sangat disayangkan bahwa kegiatan KKN Virtual ini masih samar-samar arah tujuannya. Dari teknis pelaksanaan saja tidak jelas, apalagi output yang ingin diraih setelah kegiatan ini berakhir. Belum lagi, Unpad yang belum memberikan teguran dan tindakan tegas bagi kelompok yang melanggar.
Walau telah berjalan satu semester, saya berharap agar Unpad membenahi kembali kegiatan KKN Virtual ini jika semester depan masih diberlakukan.
Baik dari segi teknis pelaksanaan hingga output yang ingin diraih setelah kegiatan ini berakhir, semoga KKN Virtual semester berikutnya mengalami perubahan signifikan. (SL/Zai)